Mahasiswi di China Jual Sel Telurnya Buat Beli Smartphone

15 Mei 2019 14:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menjual sel telur. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menjual sel telur. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Ada beberapa mahasiswi dari sejumlah universitas di China yang melakukan hal unik untuk mendapat uang tambahan. Mereka menjual sel telurnya dengan harga sekitar 14 ribu dolar AS atau sekitar Rp 202 juta.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkap oleh Beijing Youth Daily. Laporan koran itu menemukan fakta sel telur para mahasiswi banyak diminati oleh mereka yang tidak punya anak.
Ada beberapa karakteristik pendonor sel telur yang dinilai potensial. Karakteristik tersebut adalah performa akademi, postur tubuh yang tinggi, sampai dengan penampilan. Hal itu membuat para pendonor dengan karakteristik tersebut bisa meminta harga tinggi atas sel telurnya.
Pada pendonor tanpa karakteristik tersebut, harga sel telur bisa jadi lebih rendah, sekitar 1.400 dolar AS atau sekitar Rp 20 juta. Laporan menjelaskan bahwa banyak perempuan muda yang tetap melakukan penjualan karena ingin membeli ponsel baru.
Dilarang oleh hukum di China
Hukum di China melarang jual beli sel telur manusia. Di China, sel telur hanya bisa diberikan ke orang lain melalui donasi. Tapi, tingkat permintaan terhadap prosedur Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung semakin tinggi di China.
ADVERTISEMENT
Peningkatan terjadi setelah pemerintah menghentikan kebijakan satu anak pada 2016. Diduga penghentian kebijakan ini yang jadi pemicu peningkatan itu.
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
Transaksi ilegal
Karena dilarang, banyak orang yang melakukan aksi jual beli sel telur dengan diam-diam. Mereka biasanya menggunakan bantuan agen, meski ada juga yang mencari pendonor sel telur secara langsung.
Menurut pengakuan salah satu agen, yang dilansir Ink Stone News, ketidaksuburan akibat masalah fisik adalah alasan utama orang-orang menggunakan layanan jual beli sel telur manusia.
Laporan pada koran juga menemukan adanya rumah sakit yang terlibat dalam praktik ini. Pihak agen dan rumah sakit melakukan kerja sama untuk mengambil sel telur dari pendonor.
Ilustrasi program bayi tabung Foto: Thinkstock
Prosedur
Rumah sakit yang melakukan praktik pengambilan sel telur harus melewat prosedur ketat. Mereka menyuntik dosis tinggi dari hormon ke si pendonor. Suntikan diberikan selama 10 hari berturut-turut untuk merangsang produksi sel telur lebih cepat dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan USG dan tes darah pada si pendonor. Ini dilakukan untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk melakukan operasi pengambilan sel telur.
Ilustrasi dokter Foto: Pixabay
Risiko
Laporan koran ini menemukan adanya risiko ketika melakukan prosedur ini. Di antaranya adalah masalah pernapasan, kembung, dan pembekuan di pembuluh darah.
Sejauh ini, belum ada penangkapan atas aksi jual beli ini. Tapi, pada 2016, ada dua agen pengumpul sel telur yang ditangkap di Guangzhou. Kedua agen itu mengambil sel telur dari seorang perempuan yang indung telurnya harus diangkat karena masalah medis.
Kedua agen itu masuk penjara atas tuduhan melakukan praktik medis tanpa lisensi. Menurut laporan Southern Metropolis News, satu agen mendapat hukuman satu tahun penjara, sementara yang lainnya mendapat hukuman 10 bulan penjara di China.
ADVERTISEMENT