Mahasiswi Ini Raih Nilai Sempurna Tulis Esai Pakai Teknik Ninja

13 Oktober 2019 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ninja. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ninja. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswi di Mie University, Jepang, membuat kaget profesornya. Ia mengembalikan kertas tugas esai untuk kelas sejarah ninja dalam keadaan kosong. Hanya ada sebuah tulisan kecil di bagian atas kertas itu yang bertuliskan "panaskan kertas ini".
ADVERTISEMENT
Ketika si profesor memanaskan kertasnya, mendadak muncul tulisan di atas kertas putih itu. Mahasiswi bernama Eimi Haga itu ternyata menulis esainya dengan sebuah teknik ninja yang membuat tinta jadi tak terlihat.
Haga mengaku bahwa dirinya sudah tertarik pada ninja sejak kecil. Ketika akhirnya kuliah di Mie University, perempuan berusia 19 tahun itu mengambil kelas sejarah ninja dan mendapat tugas membuat esai mengenai kunjungan ke Museum Ninja Igaryu.
"Saat di kelas, profesor bilang bahwa ia akan memberikan nilai tinggi untuk kreativitas. Karena itu saya memutuskan untuk membuat esai yang berbeda dengan milik orang lain," kata Haga, kepada BBC News.
"Saat saya memikirkan bagaimana menggarap tugas ini, saya teringat atas aburidashi," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Aburidashi adalah teknik ninja Jepang. Biasanya, teknik ini digunakan untuk membuat tinta menulis yang baru bisa dibaca dengan cara tertentu. Haga membuat tinta ini dengan menggunakan kedelai yang telah direndam selama berjam-jam dan dihancurkan.
Setelah kedelai dihancurkan, Haga lalu memasukkannya ke dalam sebuah kain. Selanjutnya, ia mencampur kedelai dengan air dan menghabiskan waktu selama dua jam untuk menemukan konsentrasi yang tepat. Setelahnya, ia mulai menulis tugas esai itu di atas kertas Jepang jenis "washi".
Begitu kering, kata-kata yang Haga tulis mulai menghilang. Untuk memastikan profesornya tidak membuang esai yang ia kumpulkan, Haga meninggalkan catatan kecil dengan menggunakan tinta normal.
Ilustrasi menulis esai. Foto: Dok. Pixabay
Yuji Yamada, profesor dari Haga, mengatakan bahwa ia terkejut ketika melihat esai itu.
ADVERTISEMENT
"Saya pernah memberikan tugas yang sama dan mendapat esai yang ditulis dalam kode. Tapi, ini adalah pertama kalinya saya melihat tugas esai ditulis dengan teknik aburidashi," kata Yamada.
Ia mengaku sempat ragu bahwa kata-kata di kertas akan muncul dengan sempurna. Tapi, ketika ia menghangatkan kertas itu di kompor gas di rumahnya, tulisan Haga di atas kertas muncul dengan jelas.
"Saya tidak ragu memberi esai ini nilai sempurna, meski saya sendiri tidak membaca habis isinya. Ini karena saya ingin meninggalkan beberapa bagian kertas tidak dihangatkan agar orang-orang bisa melihat perbedaannya," ujar Yamada.
Sementara itu, Haga mengaku bahwa kehebatan esai yang ia tulis lebih pada gaya dan bukan isinya.
"Saya merasa percaya diri bahwa profesor setidaknya akan menghargai usaha saya untuk membuat esai yang kreatif. Jadi, saya tidak khawatir akan mendapat nilai jelek atas esai ini, meski kontennya sendiri tidak begitu spesial," imbuh Haga.
ADVERTISEMENT