news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Makalah Ilmiah Terakhir Stephen Hawking Akhirnya Dipublikasikan

12 Oktober 2018 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stephen Hawking (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS)
ADVERTISEMENT
Makalah Ilmiah terakhir Stephen Hawking, fisikawan ternama abad 21, telah dipublikasikan di arXiv. Makalah ini berusaha menjelaskan apa yang terjadi ketika suatu objek masuk ke dalam black hole atau lubang hitam.
ADVERTISEMENT
The Guardian melaporkan bahwa makalah ini menjelaskan suatu topik yang disebut oleh para ahli fisika teori sebagai “the information paradox”. Makalah diselesaikan beberapa hari sebelum Hawking menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 Maret 2018.
Makalah ilmiah berjudul Black Hole Entropy and Soft Hair ini diselesaikan Hawking bersama para koleganya dari Cambridge University dan Harvard University.
Malcolm Perry, profesor fisika teori di Cambridge yang jadi salah satu penulis makalah ini, mengatakan bahwa “the information paradox” selalu dipikirkan Hawking selama lebih dari 40 tahun.
Awal mula teka-teki “the information paradox” sendiri bermula dari Albert Einstein. Pada 1915, Einstein mempublikasikan teori relativitas umumnya yang mendeskripsikan bagaimana gravitasi muncul dari efek pembengkokan ruang waktu serta materi, dan juga menjelaskan kenapa planet-planet mengitari Matahari.
ADVERTISEMENT
Teori Einstein juga membuat prediksi mengenai keberadaan black hole, terutama bahwa black hole bisa didefinisikan secara sempurna dengan tiga sifatnya, yaitu massa, kandungan listrik, dan putarannya.
Ilustrasi Black hole (Foto: Courtesy Robin Dienel/Carnegie Institution for Science/Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Black hole (Foto: Courtesy Robin Dienel/Carnegie Institution for Science/Handout via REUTERS)
60 tahun kemudian, Stephen Hawking menambah informasi lain mengenai black hole. Ia berpendapat bahwa black hole juga memiliki temperatur, dan karena sebuah objek panas kehilangan panasnya di luar angkasa, maka nasib black hole adalah menghilang dari eksistensi.
Namun hal itu membuat pertanyaan serta masalah baru, karena dalam aturan dunia kuantum dikatakan bahwa informasi tidak akan pernah hilang. Jadi apa yang terjadi pada informasi di dalam sebuah objek, seperti atom, ketika masuk ke dalam black hole?
"Kesulitannya adalah jika Anda melempar sesuatu ke sebuah black hole, sesuatu akan terlihat seperti menghilang," kata Perry. "Lalu bagaimana informasi dalam objek itu bisa didapatkan kembali jika black hole sendiri menghilang?" tambahnya.
ADVERTISEMENT
Jadi dalam makalah terakhirnya, Hawking dan para koleganya menunjukkan bagaimana beberapa informasi mungkin bisa diawetkan. Jadi ketika objek dilemparkan ke dalam black hole, maka temperatur black hole juga akan berubah.
Ilustrasi Lubang Hitam (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lubang Hitam (Foto: Wikimedia Commons)
Menurut Hawking dan para peneliti lain dalam makalah ini, entropi dari black hole bisa direkam oleh foton yang mengelilingi titik "event horizon" atau titik di mana cahaya tak bisa kabur dari tarikan gravitasi black hole. Mereka menyebut foton tersebut "soft hair".
"Apa yang makalah ini tunjukkan adalah 'soft hair' bisa digunakan untuk menghitung entropi," jelas Perry.
Meski demikian hal ini belum memecahkan the information paradox. "Kami tidak mengetahui apakah perhitungan entropi milik Hawking menghitung segala sesuatu yang mungkin bisa dilempar ke black hole," kata Perry.
ADVERTISEMENT
"Kami pikir ini adalah langkah yang bagus, namun diperlukan pendalaman lebih lanjut," tambahnya.
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Mike Hutchings)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Mike Hutchings)
Sebelum Hawking pergi
Beberapa hari sebelum Hawking meninggal, Perry dan Andrew Strominger yang ikut menyusun makalah ini, mengatakan bahwa mereka sempat menghubungi Hawking mengenai makalah ini.
Ia tak menyadari bahwa sakit Hawking sudah sangat parah, dan ternyata momen itu merupakan saat terakhir mereka saling bertukar ilmu.
"Kala itu sudah sangat sulit bagi Stephen untuk berkomunikasi dan saya menjelaskan progres kami melalui pengeras suara. Ketika saya menjelaskannya, Hawking hanya tersenyum lebar," kata Perry.