Manfaat Tersembunyi Kurma yang Banyak Dikonsumsi Saat Bulan Puasa

18 Mei 2018 4:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kurma (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kurma (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kurma, buah asal Timur Tengah yang menjadi sangat populer setiap bulan suci Ramadhan, memang memiliki banyak manfaat. Salah satunya, menurut sebuah studi, ternyata sirup kurma memiliki manfaat dalam melawan infeksi bakteri.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Alert, peneliti dari Cardiff Metropolitan University di Inggris Hajer Taleb menemukan bahwa zat kimia di dalam sirup kurma dapat membantu melawan infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Taleb mempelajari efek suatu sirup kurma yang diproduksi di Basra, Irak Selatan, pada suatu koloni bakteri yang sedang berkembang di laboratorium.
Ia menemukan bahwa sirup kurma mengandung beberapa senyawa fenolik, senyawa yang mempengaruhi rasa, warna, dan tekstur ketika buah tersebut dijadikan sirup. Menariknya, senyawa tersebut diketahui memiliki kemampuan antioksidan dan juga kemampuan antibakteri.
Jadi ketika sirup tersebut dicampurkan dengan beberapa bakteri penyebab bakteri, seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterococcus spp dan Pseudomonas aeruginosa, sirup menghambat pertumbuhan mereka dalam enam jam.
Kurma Deglet Noor (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kurma Deglet Noor (Foto: Thinkstock)
Hal tersebut membuatnya jauh lebih cepat dalam menghambat bakteri dibandingkan madu manuka yang juga diketahui memiliki kemampuan antibakteri dan penyembuhan luka.
ADVERTISEMENT
Taleb juga menemukan bahwa sirup buatan yang dibuat dari unsur gula yang ada di kurma namun tidak memiliki senyawa fenolik, tidaklah seefektif sirup kurma asli dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Temuan ini sendiri telah dipresentasikan pada acara konferensi tahunan Society for General Microbiology pada 2015 lalu.
"Temuan ini memberikan dugaan bahwa sirup kurma memiliki manfaat kesehatan dengan kemampuan antibakterinya yang mirip atau di beberapa kasus lebih baik dibanding madu," ujar Ara Kanekanian, ahli teknologi makanan sekaligus juga yang mengawasi studi Taleb.