Masalah Perkembangan Sains di Indonesia Menurut Kacamata Rizal Ramli

13 Desember 2017 10:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rizal Ramli di ruang tamu pribadinya. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rizal Ramli di ruang tamu pribadinya. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
“Kalau kita mau jadi bangsa besar, kita harus kuasai ilmu-ilmu dasar seperti fisika dan matematika,” kata Rizal Ramli di kediamannya di Jakarta Selatan, Jumat (8/12) lalu.
ADVERTISEMENT
Ahli ekonomi yang pernah mengenyam bangku pendidikan di jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menegaskan, suatu negara yang ingin menjadi negara besar harus memiliki orang-orang hebat di bidang ilmu-ilmu dasar, seperti matematika, fisika, dan biologi.
Rizal menilai Indonesia sebenarnya memiliki anak-anak yang kreatif, terutama di bidang bisnis-bisnis baru seperti online, software, dan macam-macam. Ia pun menilai bahwa generasi muda Indonesia sebenarnya memiliki kecintaan yang cukup besar terhadap sains dan teknologi.
“Cinta, tapi begitu mereka masuk ke dunia kerja opportunity (kesempatan)-nya terbatas. Akhirnya mereka masuk ke bidang lain: bidang bisnis, jadi bankir, jadi macam-macam, masuk pasar modal, karena memang pekerjaan di sektor industri sains dan teknologi masih terbatas,” papar Rizal.
Ilustrasi penelitian. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penelitian. (Foto: Pixabay)
Untuk menumbuhkan sains di Indonesia, Rizal memiliki saran, yakni meningkatkan alokasi dana untuk riset.
ADVERTISEMENT
“Tapi manajemen riset tidak bisa seperti manajemen birokrasi. Lembaga riset kita (kalau) dikelola kayak birokrat, nggak mungkin berkembang. Harus dikelola memang (secara khusus) untuk lembaga ilmiah dan saintis,” terang Rizal.
Rizal menyebut satu contoh lembaga riset yang patut ditiru Indonesia, yakni IDM Research Center di New York yang dulu sangat terkenal. Direktur riset di sana membebaskan para peneliti di sana ingin meriset apa pun.
“Dia nggak atur kapan masuk, kapan mesti kerja, kagak ada aturannya,” imbuh Rizal.
Sebab, ketika seseorang sudah melakukan riset yang sesuai dengan passion atau hasratnya, kapan pun ia mengingat masalah dalam risetnya, baik itu malam atau dini hari, ia akan langsung datang ke laboratoriumnya dan mungkin baru akan tidur siang harinya.
ADVERTISEMENT
“Jadi orang yang betul-betul senang, passionnya itu sains dan teknologi sekali disediakan fasilitas yang bagus --tapi jangan dikelola kayak mengelola pabrik atau birokrat, itu pasti mereka kreatif,” ucap Rizal yakin.
Akan tetapi sayangnya, menurut Rizal, lembaga riset di Indonesia itu dikelola secara birokrat, antara lain memakai sistem kredit poin. Padahal, Rizal menekankan, yang terpenting adalah hasil risetnya.