Melihat Katak Beracun di Brasil yang Punya Tulang Bercahaya

1 April 2019 7:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katak labu di Brasil Foto: Mauro Regalado Soares/Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Katak labu di Brasil Foto: Mauro Regalado Soares/Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Hutan Atlantik di Brasil menyimpan banyak hewan unik, salah satunya adalah pumpkin toadlet atau katak labu. Katak beracun ini dapat menggunakan warna tubuhnya yang kuning terang untuk menakuti para pemangsanya.
ADVERTISEMENT
Keunikan katak yang punya nama latin Brachycephalus ephippium ini tak hanya itu. Katak mungil ini ternyata juga bisa memancarkan warna biru saat dipaparkan cahaya ultraviolet, menurut hasil riset terbaru.
Kemampuan memancarkan warna biru ini ditemukan oleh tim ilmuwan dari New York University Abu Dhabi di Uni Emirat Arab. Temuannya ini sudah dilaporkan di jurnal Scientific Reports.
Katak labu di Brasil Foto: Renato Augusto Martins/Wikimedia Commons
Para periset menemukan keunikan tersebut saat sedang mempelajari Brachycephalus ephippium dan B. pitanga. Mereka awalnya sedang mencoba memahami suara panggilan kawin katak-katak itu.
Dalam penelitian, mereka memaparkan cahaya ultraviolet ke tubuh katak yang warnanya mirip labu ini. Dari situ, mereka menyadari bahwa tulang katak labu ini mengeluarkan cahaya berwarna biru. Cahaya berasal dari bagian tulangnya.
ADVERTISEMENT
Kemampuan memancarkan cahaya fluoresens jarang ditemukan pada hewan bertulang belakang. Fluoresens adalah pemancaran sinar yang disebabkan oleh aliran suatu bentuk energi.
Fluoresens berbeda dengan bioluminesensi. Bioluminesensi diakibatkan oleh reaksi kimia di tubuh hewan, sedangkan fluoresens terjadi karena ada sebuah molekul yang menyerap cahaya dan memancarkannya kembali pada gelombang yang lebih tinggi. Pancaran cahaya yang dihasilkan biasanya berwarna kemerahan atau kehijauan.
Yang perlu diperhatikan, fluoresens ini tidak bisa terlihat saat tidak ada cahaya sama sekali.
Tengkorak bercahaya
Tim peneliti menemukan bahwa cahaya memancar dari bagian kepala, punggung, dan keempat kaki si katak. Para peneliti mengaku masih membutuhkan riset lanjutan untuk bisa menganalisis sumber cahaya ini.
Selain itu, para peneliti belum mengetahui bagaimana si katak menggunakan cahaya di tubuhnya itu. Mereka menduga cahaya ini bisa membantu si katak menemukan pasangan atau melindunginya dari pemangsa.
ADVERTISEMENT
Sandra Goutte, pemimpin riset, menjelaskan bahwa tidak ada bukti bahwa si katak menggunakan cahaya ini untuk menghalau predator. Tapi, Goutte meyakini ada beberapa hewan pemangsa katak ini yang punya kemampuan melihat cahaya fluoresens.
Katak labu di Brasil Foto: Carol Manzano/Wikimedia Commons
Goutte juga punya dugaan lain atas cahaya milik katak ini. Menurutnya, karena si katak tidak memiliki telinga, maka ada kemungkinan cahaya digunakan untuk berkomunikasi.
"Tapi itu baru mungkin terjadi, jika katak-katak ini bisa melihat fluoresensnya," ujar Goutte kepada Live Science. "Tapi kami belum mengetahui apakah mereka bisa melakukannya atau tidak," imbuh dia.