Memahami 'Sindrom Nasi Goreng' yang Disebabkan Bakteri Bacillus cereus

2 Mei 2019 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nasi goreng maupun 'sindrom nasi goreng' telah ada sejak zaman dahulu. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Nasi goreng maupun 'sindrom nasi goreng' telah ada sejak zaman dahulu. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Akhir Januari 2019 lalu ada laporan mengenai seorang pria asal Belgia yang meninggal setelah memakan spageti yang ia siapkan lima hari sebelumnya. Pria berusia 20 tahun itu meninggal akibat 'sindrom nasi goreng' yang disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus.
ADVERTISEMENT
Lantas apa itu 'sindrom nasi goreng'? Dan bagaimana bakteri B. cereus bisa menyebabkan kondisi tersebut? Begini penjelasannya.
B. cereus adalah bakteri yang memproduksi racun. Ia juga merupakan penyebab umum dari keracunan makanan yang disebut 'sindrom nasi goreng'.
Ilustrasi nasi goreng Foto: Dok. Thinkstock
Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Microbiology, setiap tahunnya bakteri tersebut menyebabkan 63 ribu kasus keracunan makanan di AS. Tapi sebagian besar kasus ini tidak dilaporkan karena simtomnya ringan dan bisa menghilang dengan sendirinya.
Philip Tierno, ahli mikrobiologi dan profesor klinis di New York University Langone Health, mengatakan bahwa biasanya bakteri B. cereus bakal mencemari nasi atau makanan lain yang mengandung zat tepung. Ini karena jenis makanan yang mengandung zat tepung (starchy) adalah yang paling umum terpengaruh oleh bakteri ini.
ADVERTISEMENT
Tierno menjelaskan kepada Live Science bahwa penyebab bakteri ini mencemari nasi atau makanan lainnya itu adalah karena nasi atau makanan bertepung itu didinginkan dan dibiarkan begitu saja terbuka pada suhu ruangan dalam waktu yang cukup lain. Nah, nasi yang digunakan untuk nasi goreng biasanya didiamkan lebih dari dua jam pada temperatur ruangan sebelum dimasak dengan bahan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mendinginkan nasi, memastikan bahwa nasi goreng tidak akan lembek dan bergumpal saat digoreng.
Pada saat itulah bakteri B. cereus bisa mencemari nasi dan memproduksi racun. Sayangnya, menghangatkan kembali nasi tidak serta-merta bisa menghilangkan bakteri B. cereus dan racun yang telah diproduksinya itu.
Bakteri ciptakan dua racun berbeda
ADVERTISEMENT
Bakteri B. cereus mengeluarkan dua jenis racun berbeda. Masing-masing racun menyebabkan penyakit yang berbeda. Racun yang satu menyebabkan diare, sementara yang lainnya menyebabkan muntah-muntah.
Bakteri ini melepaskan racun jenis pertama dari dalam tubunya saat sampai di usus halus manusia yang memakannya. Racun ini menyebabkan diare, keram, dan pusing. Simtom mulai muncul sekitar enam sampai 15 jam setelah seseorang mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri. Biasanya simtom ini mereda dalam waktu satu hari.
Sedangkan racun jenis kedua sudah dilepaskan oleh bakteri sebelum makanan dikonsumsi. Racun ini menyebabkan muntah-muntah dan rasa pusing dalam waktu 30 menit hingga enam jam setelah makanan yang telah terkontaminasi itu dikonsumsi.
Penampakan Bacillus cereus. foto: Mogana Das Murtey dan Patchamuthu Ramasamy via wikimedia commons.
Yang bisa jadi korban
Semua orang bisa menjadi korban dari bakteri ini. Para dokter bisa mendiagnosis keracunan makanan akibat B. cereus dengan mempelajari sampel muntahan dan feses pasien.
ADVERTISEMENT
Bagi kebanyakan orang, istirahat dan minum air yang cukup bisa membantu tubuh untuk mengatasi infeksi dari bakteri ini. Tapi terkadang bisa terjadi komplikasi, seperti aseptik meningitis, gangren, dan selulitis.
Komplikasi tersebut biasanya terjadi pada mereka yang sistem imunnya sedang lemah, memiliki luka operasi, atau yang menggunakan obat melalui infus.
Tierno mengatakan bahwa dokter biasanya mengatasi simtom dengan memberi pasien suntikan infus. Ia menambahkan bahwa terkadang antibiotik, seperti vancomycin, juga diberikan pada pasien ketika bakteri B. cereus berada terlalu lama di saluran pencernaan.
Pencegahan
Kita bisa menghindari infeksi bakteri ini dengan menjaga suhu makanan. Jadi dengan menjaga makanan panas tetap panas (di atas 60 derajat Celcius) dan menjaga makanan dingin tetap dingin (di bawah empat Celcius) kita bisa menurunkan risiko terkena infeksi bakteri B. cereus.
ADVERTISEMENT
Menghangatkan atau membekukan makanan yang ada di udara terbuka selama lebih dari dua jam mungkin tidak bisa mencegah infeksi bakteri ini.
"Bacillus cereus secara alami mengkolonisasi butiran beras yang belum dimasak," kata Tierno.
Menurutnya, spora yang diproduksi bakteri bisa dengan mudah selamat dari proses masak dan tumbuh dengan cepat pada temperatur ruangan.
Selain itu, ia menambahkan bahwa menghangatkan makanan dengan temperatur di atas 74 derajat Celcius bisa membunuh sel bakteri. Tapi racunnya tetap tidak akan menghilang.