Mencium Baju Pasangan dan Orang Lain Berefek Beda pada Tingkat Stres

8 Januari 2018 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mencium aroma pasangan menurunkan stress (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mencium aroma pasangan menurunkan stress (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Hasil sebuah penelitian terbaru mengatakan, jika Anda sedang merasa stres, aroma baju pasangan Anda bisa membuat Anda jadi lebih rileks.
ADVERTISEMENT
Tapi sebaliknya, mencium aroma pakaian orang lain justru akan membuat kadar stres Anda lebih tinggi. Mengapa bisa begitu?
Penjelasannya adalah dalam hasil penelitian terkait aroma baju yang dilakukan para peneliti dari University of British Columbia (UBC). Hasil riset mereka ini telah dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology.
Awal Mula Penelitian
Ide riset ini muncul ketika para peneliti melihat ada kebiasaan unik pada banyak wanita yang sedang ditinggal jauh oleh pasangan mereka.
“Banyak orang memakai baju pasangan mereka atau tidur di samping pakaian pasangan mereka ketika pasangan mereka sedang jauh, tapi mungkin tidak menyadari mengapa mereka melakukan hal ini,” kata Marlise Hofer, peneliti utama studi ini yang juga merupakan mahasiswa pascasarjana di Departemen Psikologi UBC, dilansir Live Science.
ADVERTISEMENT
“Temuan kami ini menunjukkan bahwa aroma pasangan, bahkan tanpa kehadiran fisiknya, bisa menjadi alat yang ampuh untuk mengurangi stres,” ujar Hofer.
Mencium aroma pasangan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mencium aroma pasangan (Foto: Pixabay)
Metode Penelitian
Dalam riset ini, para peneliti melibatkan 96 pasangan lawan jenis. Para pria diminta untuk memakai masing-masing satu kaus selama 24 jam tanpa menggunakan deodoran atau parfum atau pewangi tubuh apa pun.
Para pria itu kemudian diminta untuk tidak merokok. Selain itu, mereka juga diminta untuk memakan makanan yang tidak memengaruhi aroma tubuh mereka.
Setelah kaus-kaus itu dikenakan oleh para pria itu, kaus-kaus itu pun dibekukan untuk menyimpan aroma tubuh masing-masing mereka.
Kemudian, masing-masing dari para wanita diberikan dua kaus, yaitu satu kaus yang belum pernah dipakai, dan satu kaus yang sudah dipakai oleh pasangan mereka atau oleh laki-laki asing.
ADVERTISEMENT
Jadi ada dua kelompok wanita, yaitu para wanita yang diberikan kaus yang belum pernah dipakai dan kaus yang sudah dipakai oleh pasangan mereka, serta wanita yang diberi kaus yang belum pernah dipakai dan kaus yang sudah dipakai oleh lelaki lain.
Setelah masing-masing wanita mencium aroma dua kasus yang diberikan, mereka semua kemudian diminta untuk menjalani semacam wawancara kerja dan tes matematika mental. Kedua kegiatan ini kemudian meningkatkan kadar stres mereka
Pakaian yang digantung (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pakaian yang digantung (Foto: Thinkstock)
Hasil Penelitian
Untuk mengukur kadar stres para wanita itu, para peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka soal seberapa besar stres yang sedang mereka rasakan, serta mengambil sampel air ludah mereka untuk mengukur kadar kortisol mereka.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, para wanita yang menerima kaus pasangan mereka, memiliki kadar kortisol yang lebih rendah.
Dari hasil penelitian ini juga diketahui, mencium aroma kaus pasangan sendiri memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar stres dibandingkan dengan mencium aroma kaus yang tidak pernah dikenakan siapapun.
Selain itu, para wanita yang mencium aroma baju pasangan mereka juga mengatakan sendiri bahwa stres mereka terasa lebih berkurang. Lebih dari itu, efek pengurangan stres ini akan lebih besar terjadi pada para wanita yang mengetahui bahwa mereka memang sedang mencium aroma dari pasangan mereka.
Hasil yang Berkebalikan
Hasil yang berkebalikan terjadi pada orang-orang yang mencium aroma dari orang asing. Berdasarkan hasil penelitian ini, para peneliti menyatakan, mencium aroma kaus orang asing akan menghasilkan kadar kortisol yang lebih tinggi daripada mencium aroma kaus yang tidak pernah dipakai siapapun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Sejak usia muda, manusia takut pada orang asing, terutama laki-laki asing, jadi mungkin saja aroma laki-laki asing memicu respons ‘fight or flight’ yang mengakibatkan naiknya kortisol,” kata Hofer.
“(Respons) ini dapat terjadi tanpa kita sadari sepenuhnya,” imbuhnya.
Para peneliti mengatakan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu orang-orang yang sedang berada dalam situasi stres saat mereka sedang terpisah dengan orang yang mereka cintai.
"Akibat globalisasi, orang semakin sering bepergian untuk bekerja dan pindah ke kota-kota baru," kata Frances Chen, asisten profesor di Departemen Psikologi UBC yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Chen menuturkan, "Penelitian kami menunjukkan sesuatu yang sederhana seperti mengambil pakaian yang dikenakan oleh orang yang Anda cintai, dapat membantu menurunkan tingkat stres saat Anda jauh dari rumah.”
ADVERTISEMENT