Mengenal Hijaber Asal Turki yang Temukan Galaksi Jenis Baru

22 November 2018 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahli astrofisika asal Turki, Burçin Mutlu-Pakdi.. (Foto: Dok. Ant Lab)
zoom-in-whitePerbesar
Ahli astrofisika asal Turki, Burçin Mutlu-Pakdi.. (Foto: Dok. Ant Lab)
ADVERTISEMENT
Sejak masa kecilnya di Turki, ahli astrofisika Burçin Mutlu-Pakdi sering menikmati pemandangan bintang yang menghiasi gelapnya malam. Namun saat itu ia tidak menyangka bahwa kelak namanya akan dipakai untuk nama sebuah galaksi yang berjarak 359 tahun cahaya dari Bumi.
ADVERTISEMENT
Semangat Mutlu-Pakdil menjadi ahli astrofisika dimulai sejak masa SMP, tepatnya saat ia sedang membuat tugas sekolah mengenai profil orang hebat di dunia.
"Aku bertanya ke saudara perempuanku profil siapa yang harus aku buat, dan dia menyarankan Einstein, karena Einstein adalah orang paling pintar sedunia," kata Mutlu-Pakdil dikutip dari National Geographic.
Sejak saat itu ia mulai mendalami fisika dan jadi terobsesi untuk memahami alam semesta. Namun begitu, langkahnya menjadi ahli astrofisika tidaklah mulus. Ia harus siap meninggalkan rumahnya di Istanbul dan pergi ke Ankara untuk melanjutkan pendidikan S1-nya.
"Keluargaku mendukung keputusan itu serta menyemangatiku untuk terus mengikuti apa yang ingin aku lakukan, tapi teman dan beberapa saudara jauh mengatakan bahwa perempuan seharusnya tidak meninggalkan rumah untuk belajar," kata Mutlu-Pakdil.
Masjid Kocatepe di Ankara, Turki (Foto: REUTERS/Umit Bektas)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Kocatepe di Ankara, Turki (Foto: REUTERS/Umit Bektas)
Bahkan ada profesor yang mempertanyakan keputusannya untuk pindah kota demi mempelajari sains. Selain itu, ia juga merupakan satu dari sedikit mahasiswi di kelasnya.
ADVERTISEMENT
"Sebagai perempuan yang mempelajari fisika, aku merasa seperti orang luar dan harus belajar untuk tidak memedulikan komentar orang lain," kata dia lagi.
Kala itu, Mutlu-Pakdil harus melepas jilbabnya saat kuliah. Saat itu, universitas-universitas di Turki masih melarang penggunaan jilbab di kampus mereka, namun BBC melaporkan larangan telah dicabut pada 2010 dan sekitar 2013 penggunaan jilbab mulai banyak ditemukan di berbagai universitas di Turki.
"Aku pakai topi dan sempat mencari-cari cara untuk menutupi kepalaku, tapi itu sangat mengganggu konsentrasiku. Aku sudah menghadapi prasangka buruk sebagai perempuan yang belajar sains, dan ketika aku ditekan untuk mengubah penampilanku, aku ditekan untuk tidak menjadi diriku sendiri," tutur Mutlu-Pakdil.
Akhirnya dia pergi ke Amerika Serikat dan berhasil mendapat gelar master dari Texas Tech University serta Ph.D di bidang astrofisika dari University of Minnesota-Twin Cities. Di AS, Mutlu-Pakdil juga harus menghadapi perbedaan budaya, tapi dia mengaku merasa menemukan lingkungan yang lebih nyaman untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
"Aku tiba di negeri baru dan menemukan banyak hal yang berbeda. Tapi karena aku bisa menjadi diriku sendiri dan bisa berpakaian seperti yang saya inginkan, aku bisa merasa lebih senang. Tapi tetap saja ada isu lain yang harus diperhatikan," jelas dia.
Sukses
Sekarang Mutlu-Pakdil telah menjadi salah seorang peneliti di Steward Observatory milik University of Arizona. Di sana dia menganalisis data dari teleskop untuk membantu mengungkap rahasia alam semesta, terutama mempelajari bagaimana galaksi terbentuk dan berubah dari masa ke masa.
Ada triliunan lebih galaksi yang diketahui di alam semesta. Kebanyakan berbentuk spiral seperti galaksi Bima Sakti kita.
Meski ada sebuah teori kuat yang menjelaskan evolusi dari jenis galaksi yang banyak ditemukan, Mutlu-Pakdil mengatakan bahwa galaksi jenis langka juga menjadi perhatian banyak astronom yang ingin memahami evolusi alam semesta.
ADVERTISEMENT
Salah satu galaksi jenis langka itu adalah Hoag’s Object, yang namanya berasal dari Arthur Allen Hoag yang menemukannya pada 1950.
Hoag’s Object adalah contoh pertama yang diketahui dari jenis galaksi dengan cincin. Galaksi jenis ini memiliki sebuah cincin terbuat dari bintang-bintang berwarna biru yang mengelilingi bagian tengah galaksi yang terbuat dari bintang-bintang yang lebih tua.
Penampakan  Hoag’s Object ditangkap oleh teleskop luar angkasa NASA, Hubble. (Foto: NASA and The Hubble Heritage Team (STScI/AURA); Acknowledgment: Ray A. Lucas (STScI/AURA).)
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan Hoag’s Object ditangkap oleh teleskop luar angkasa NASA, Hubble. (Foto: NASA and The Hubble Heritage Team (STScI/AURA); Acknowledgment: Ray A. Lucas (STScI/AURA).)
Galaksi jenis tersebut sangatlah langka, jumlahnya hanya 0,1 persen dari semua galaksi yang pernah diamati.
Ketika Mutlu-Pakdil dan timnya mempelajari sebuah galaksi kecil bernama PGC 1000714, mereka awalnya menduga bahwa galaksi itu merupakan tipe Hoag. Namun ketika Mutlu-Pakdil mendalami galaksi itu, ia menemukan bahwa galaksi itu berbeda dengan galaksi-galaksi lain yang kita ketahui.
"Di antara cincin biru di luar dan inti berwarna merah, kami menemukan adanya cincin dalam lainnya yang berwarna merah dan mengelilingi bagian tengah," kata Mutlu-Pakdil. "Saat itu kami sedang melihat sebuah galaksi yang belum pernah dilihat sebelumnya.”
ADVERTISEMENT
Galaksi jenis itu kemudian dikenal sebagai Burçin’s galaxy dan memberikan para astronom misteri baru: Bagaimana ia bisa terbentuk?
Sama seperti galaksi jenis Hoag, inti berwarna merah jauh lebih tua dibanding bintang-bintang biru di cincin luar. Namun di Burçin’s galaxy, cincin dalam merupakan yang tertua dan mengindikasikan mereka terbentuk lebih dahulu.
Sekarang tim Mutlu-Pakdil masih terus mempelajari galaksi jenis baru ini. Mutlu-Pakdil sendiri berharap bahwa hasil temuannya ini bisa menginspirasi para pendatang dan pelajar lainnya.
"Ketika saya diundang ke sekolah-sekolah atau ketika orang menghubungi saya melalui media sosial, saya selalu menekankan bahwa Anda seharusnya tidak menahan rasa ingin tahu ilmiah Anda hanya karena adanya tekanan dari luar," kata Mutlu-Pakdil.
"Perjalanannya mungkin tidak mudah, tapi Anda harus mengikuti apa yang jadi passion Anda," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Mutlu-Pakdil pernah terpilih sebagai salah satu dari 20 TED fellow, jajaran orang-orang pembawa perubahan dari seluruh dunia. "Platform itu memberi saya suara dan suatu kehadiran yang saya tidak pernah bayangkan," kata dia.
Persiapannya untuk tampil di TED tidak mudah. Ia harus mempersiapkan presentasi yang baik dan mudah dimengerti, suatu hal yang sulit ia lakukan saat pertama kali.
"Saya harus membuat beberapa konsep berbeda, melalui banyak kesalahan saya terus mengubahnya hingga saya punya konsep bicara di mana saya bisa menyampaikan informasi tanpa terlalu banyak bicara teknisnya," tambah Mutlu-Pakdil.
"Itulah aturan dalam kehidupan. Anda mungkin tidak mendapat hasil yang diinginkan pada percobaan pertama. Tapi setiap kali gagal, Anda harus bangkit dan coba lagi hingga akhirnya Anda sukses," imbuh dia.
ADVERTISEMENT