Mengenal Ina-TEWS, Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

1 Oktober 2018 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ina-TEWS (Foto: BMKG)
zoom-in-whitePerbesar
Ina-TEWS (Foto: BMKG)
ADVERTISEMENT
Sebagai negara yang dikelilingi oleh dua samudra besar, Indonesia akan senantiasa terancam bencana tsunami. Tercatat pada awal abad 21 ini, Indonesia telah dilanda tsunami Aceh 2004 yang memakan korban hingga ratusan ribu jiwa.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, pada 2006 tsunami kembali terjadi di selatan pulau Jawa, kemudian 2007 di Bengkulu, 2010 di Kepulauan Mentawai, dan pad 2018 ini tsunami baru saja menerjang kota Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) pekan lalu.
Dikutip dari dokumen Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami yang dibuat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia sebenarnya sudah memiliki sistem peringatan dini tsunami yang disebut sebagai Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS). Sistem peringatan dini tsunami ini telah diluncurkan sejak November 2008.
Sistem pemantauan darat dan laut
Ina-TEWS memiliki dua sistem pemantauan. Yang pertama adalah sistem pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS.
Seismometer sendiri adalah alat untuk mencatat dan mengukur getaran saat gempa bumi terjadi. Alat ini digunakan untuk memantau gempa bumi tektonik yang merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami.
ADVERTISEMENT
Data dari seismometer dapat menunjukkan titik lokasi (episenter), kedalaman, waktu, serta kekuatan gempa sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan risiko terjadinya tsunami. Data dari seismometer tersebut kemudian diolah oleh perangkat lunak khusus milik BMKG yang dapat memberikan informasi mengenai gempa bumi tektonik dalam waktu singkat.
Sistem pemantauan kedua dari Ina-TEWS adalah sistem pemantauan laut (sea monitoring system) terdiri atas buoy, tide gauge, dan CCTV.
Pada prinsipnya, buoy berfungsi untuk mengamati perubahan muka air laut di laut lepas. Sementara tide gauge berfungsi untuk mengamati perubahan muka air laut di pantai. Adapun CCTV digunakan untuk mengamati tsunami di pantai.
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
Dengan menggunakan perangkat Decision Support System (DSS), Ina-TEWS kemudian mengolah informasi yang didapat dari sistem pemantauan darat dan laut tersebut untuk menentukan apakah ada risiko tsunami setelah gempa. Setelah data tersebut diverifikasi oleh petugas, maka peringatan dini tsunami pun bisa dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Dalam dokumen ini, BMKG menyatakan mampu menerbitkan berita peringatan dini tsunami dalam kurun waktu lima menit setelah gempa bumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir. Berita peringatan dini berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah kabupaten dengan status ‘Awas’, ‘Siaga’, hingga ‘Waspada’.