Mengenal Likuifaksi, Fenomena ‘Tanah Bergerak' akibat Gempa Palu

2 Oktober 2018 9:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi di Kota Palu setelah terkena gempa dan tsunami. (Foto: Dok. ACT)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi di Kota Palu setelah terkena gempa dan tsunami. (Foto: Dok. ACT)
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengunggah sebuah video yang diambil di Kabupaten Sigi, dekat perbatasan Palu, Sulawesi Tengah, di akun Twitter-nya. Dalam video tersebut tampak rumah dan pepohonan seolah hanyut oleh pergerakan tanah tempat mereka berpijak setelah terjadinya gempa.
ADVERTISEMENT
Tanah dalam video tersebut tampak bergerak bergelombang seperti cairan. Tanah itu tampak berubah menjadi seperti lumpur dan kemudian disusul oleh amblasnya bangunan dan pepohonan ke dalam tanah tersebut.
Dalam cuitannya, Sutopo menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena likuifaksi, fenomena yang menyebabkan tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatannya sehingga bangunan ataupun tumbuhan yang berada di atasnya amblas.
Rincinya, likuifaksi adalah fenomena perilaku tanah yang secara tiba-tiba kehilangan kekuatan dan kekakuannya akibat adanya tegangan sehingga menyebabkan tanah tersebut berperilaku seperti cairan atau air berat.
Menurut penjelasan dari Department of Civil Engineering, University of Washington, likuifaksi atau pencairan tanah ini akan terjadi di tanah jenuh atau tanah sebagian jenuh, yaitu tanah yang ruang antar partikelnya terisi oleh air.
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan tenang, tekanan air dalam tanah cenderung rendah. Namun guncangan keras seperti gempa bumi dapat menyebabkan tekanan air naik. Saat tekanan air naik, kekuatan tanah pun berkurang sehingga akhirnya bangunan yang berada di atasnya menjadi amblas.
Ada tiga hal yang menyebabkan likuifaksi terjadi, yaitu tanah yang cukup renggang (biasanya tanah tersebut terdiri dari pasir), tanah yang digenangi air, serta terjadi goncangan yang cukup keras seperti gempa bumi.
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
zoom-in-whitePerbesar
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Untuk lebih mudah memahami mengapa likuifaksi dapat terjadi setelah gempa, sebuah video percobaan dari Illinois State Geological Survey dapat membantu untuk menjelaskan mengapa fenomena ini terjadi.
Percobaannya cukup sederhana, yaitu menggunakan pasir yang sudah dicampur sedikit air dan ditaruh dalam sebuah wadah. Kemudian, masukkan benda-benda ke dalam pasir tersebut sebagai ilustrasi banguan atau objek di atas tanah.
ADVERTISEMENT
Dalam video ini benda yang digunakan adalah bola pingpong dan beban timbangan. Bola pingpong dikubur dan beban timbangan ditancapkan ke dalam pasir untuk melambangkan objek dan bangunan yang berada di dalam dan di atas tanah.
Setelah siap, lalu berikan sedikit goncangan berulang kali pada wadah penyimpan pasir untuk mensimulasikan gempa bumi. Maka akan terlihat pasir akan bergerak-gerak bergelombang, sedikit demi sedikit air akan keluar dan menggenang, bola pingpong yang ada di dalam pasir muncul ke atas permukaan, sementara beban akan perlahan-lahan amblas dan masuk ke dalam pasir.