Mengenal Sun Outage, Dampak Hari Tanpa Bayangan 21 Maret di Indonesia

21 Maret 2018 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
ADVERTISEMENT
Hari ini, Rabu (21/3), sebuah fenomena alam unik telah terjadi di Indonesia. Fenomena yang disebut Hari Tanpa Bayangan ini terjadi di wilayah-wilayah Indonesia yang tepat berada di garis ekuator (khatulistiwa), misalnya Pontianak.
ADVERTISEMENT
Pada siang hari tadi masyarakat yang tinggal di daerah khatulistiwa tersebut dapat menyaksikan fenomena hilangnya bayangan yang biasa berada di bawah kaki mereka.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Pussainsa LAPAN) Rhorom Priyatikanto menjelaskan, “Saat tengah hari, Matahari hampir tepat berada di atas kepala (orang-orang yang berada di wilayah khatulistiwa). Saat itu, tugu atau objek yang berdiri tegak di ekuator akan seperti tidak memiliki bayangan.”
Namun hilangnya bayangan selama beberapa saat itu bukanlah satu-satunya dampak dari Hari Tanpa Bayangan ini. Ada pula dampak lainnya, yakni sun outage.
Ilustrasi Sun Outage (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sun Outage (Foto: Wikimedia Commons)
Sun outage adalah gangguan sinyal satelit yang disebabkan oleh gangguan radiasi sinar Matahari. Kepada kumparanSAINS, Rhorom menjelaskan bahwa sun outage terjadi pada sarana komunikasi yang berkaitan dengan satelit-satelit geostasioner.
ADVERTISEMENT
“Satelit geostasioner adalah satelit yang mengorbit di atas ekuator pada ketinggian 36.000 kilometer (dari permukaan Bumi),” papar Rhorom, Rabu (21/3).
Pada saat Hari Tanpa Bayangan ini Matahari tepat berada di atas garis ekuator. Matahari bisa berada tepat di atas garis khatulistiwa dikarenakan adanya fenomena equinox.
Equinox sendiri adalah fenomena astronomi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena ini secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.
Pada saat equinox, Matahari tepat berada segaris dengan satelit geostasioner yang mengorbit di atas ekuator dan penerima satelit di Bumi. Hal ini menyebabkan gelombang sinyal dari satelit ke penerima sinyal terinterferensi oleh gelombang sinar Matahari.
Hal inilah yang menyebabkan sinyal satelit terganggu sehingga alat-alat komunikasi seperti ponsel dan televisi yang menggunakan layanan satelit tersebut berhenti berfungsi untuk sementara waktu.
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
Karena posisi antara Matahari, satelit geostasioner dan penerima satelit di Bumi berada dalam satu garis lurus, fenomena sun outage ini kerap juga disebut sebagai gerhana satelit.
ADVERTISEMENT
Rhorom mengatakan semua satelit geostasioner pasti akan mengalami sun outage selama masa equinox. “Semua pasti akan mengalami masa sun outage, cuma waktunya beda-beda,” ujarnya.
Perbedaaan waktu terjadinya sun outage pada masing-masing alat komunikasi ini, terang Rhorom, adalah tergantung lokasi satelit geostasiner maupun penerima satelit yang digunakan oleh sarana komunikasi yang bersangkutan.
“(Sun outage) ini berlangsung kira-kira durasinya 10 menit sampai 30 menit. Tergantung pada antena yang digunakan,” pungkas Rhorom.