Mengingat Pandemi Flu 1918 yang Menewaskan 50 Juta Orang di Dunia

17 Oktober 2018 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wabah flu mendera Amerika Serikat (Foto: REUTERS/Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Wabah flu mendera Amerika Serikat (Foto: REUTERS/Mike Blake)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun ini dunia sedang memperingati 100 tahun Pandemi Flu 1918. Hal itu dituturkan oleh Dr. Michael Osterholm, Direktur Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP), University of Minnesota, AS, yang sedang berkunjung ke Jakarta sejak 16 sampai 17 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
Osterholm berkunjung ke Indonesia karena memiliki beberapa agenda pertemuan dengan sejumlah pihak, mulai dari akademisi, ilmuwan, sampai pejabat pemerintah Indonesia. Di sela-sela kunjungannya ini, pria yang menyandang status sebagai Duta Sains untuk Keamanan Kesehatan (Science Envoy for Health Security) Pemerintah AS ini menyempatkan diri untuk mengadakan pertemuan terbatas dengan beberapa media, salah satunya kumparan, di Jakarta.
Dalam pertemuan singkat tersebut, pria yang dikenal sebagai pakar penyakit menular dunia ini mengatakan telah mengimbau Indonesia agar mulai memimpin pembahasan mengenai pandemi influenza.
Pandemi artinya wabah yang berjangkit serempak di mana-mana yang meliputi daerah geografi yang luas. Jadi pandemi influenza adalah wabah influenza yang menyebar secara serempak di berbagai negara sekaligus dan menjangkiti banyak orang.
ADVERTISEMENT
“Kami membicarakan hal itu pagi tadi dengan kelompok (akademisi) di Universitas Indonesia, mengimbau mereka agar membantu memimpin diskusi ini,” kata Osterholm saat ditemui kumparanSAINS di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Rabu (17/10).
“Kita (tahun ini) sedang memperingati 100 tahun Pandemi (Influenza) 1918 yang menewaskan 68 persen dari beberapa populasi. Saat ini kita tidak lebih siap untuk menghadapi influenza seperti pada 1908,” tuturnya.
Dr. Michael Osterholm (tengah) di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Rabu (17/10/2018). (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Michael Osterholm (tengah) di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Rabu (17/10/2018). (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
Wabah yang menewaskan jutaan orang
Pandemi Flu 1918 sendiri adalah wabah influenza yang mulai terjadi pada 1917 hingga 1918. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) memperkirakan, akibat wabah ini ada sekitar 500 juta orang atau sekitar sepertiga populasi di dunia terinfeksi virus influenza pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diperkirakan juga setidaknya ada 50 juga orang di dunia yang meninggal akibat wabah ini. Dari puluhan juta orang itu, 675.000 orang di antaranya merupakan penduduk AS.
Akibat wabah flu yang terjadi di masa Perang Dunia I ini, angka harapan hidup di AS pada tahun 1918 turun drastis, yaitu 36,6 tahun bagi pria dan 42,2 tahun bagi wanita.
Selain itu, muncul juga tingkat kematian yang tinggi pada orang-orang yang sebelumnya sehat, termasuk mereka yang berusia antara 20 dan 40 tahun.
Hal ini tidaklah biasa karena flu biasanya lebih banyak menyerang anak-anak atau orang-orang yang sangat muda dan kaum lansia, bukan orang dewasa. Namun saat wabah ini terjadi, semua orang bisa rentan terkena flu.
Flu di Hongkong (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
zoom-in-whitePerbesar
Flu di Hongkong (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
Wabah flu ini menyebar di seluruh dunia. Mulai dari Amerika Utara dan Eropa, kemudian menyebar ke Afrika dan Asia hingga ke Alaska dan pulau-pulau terpencil di Pasifik. Indonesia dan Asia Tenggara pun tak luput dari pandemi influenza di tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini cara untuk mencegah terjadinya wabah flu adalah dengan melakukan vaksinasi. Namun begitu Osterholm tetap mengkhawatirkan apakah vaksin yang kita punya sekarang bisa mengatasi semua virus influenza yang ada di dunia saat ini.
“Kita ditantang oleh vaksin kita, seberapa baik kerjanya dan seberapa jauh ia bisa menangani influenza. Itu cara terbaik yang kita i miliki. Tapi kita punya tantangan di sana,” katanya.
Selain membahas soal ancaman wabah flu yang sewaktu-waktu bisa mengancam kesehatan masyarakat dunia, Osterholm juga menyebutkan beberapa isu lainnya yang perlu diperhatikan Indonesia. Salah satunya adalah mengenai bakteri-bakteri yang telah bermutasi sehingga kebal terhadap antibiotik atau obat-obatan yang ada saat ini.