Nahas, Lebih dari 100 Paus Masih Terjebak di ‘Penjara Paus’ Rusia

12 Februari 2019 9:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus yang terjebak di 'penjara paus' Rusia. Foto: Masha Netrebenko/Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Paus yang terjebak di 'penjara paus' Rusia. Foto: Masha Netrebenko/Facebook
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada November 2018 lalu sejumlah media internasional mengabarkan soal adanya penjara paus (whale jail) di Rusia. Nahasnya, di dalam penjara yang tidak cukup besar itu, terdapat lebih dari 100 paus.
ADVERTISEMENT
Info soal keberadaan lebih dari 100 paus itu pertama kali diketahui dan menyebar dari media Rusia, Russia Today (RT), yang menyatakan ada sekitar 11 paus orca dan 90 paus beluga di dalam penjara tersebut. Keberadaan penjara dan ratusan paus tersebut bisa mereka ketahui berkat bantuan kamera yang dipasang di drone mereka.
Sampai saat ini, nahasnya, ternyata penjara tersebut masih eksis dan lebih dari 100 paus itu masih terperangkap di dalamnya.
Badan amal khusus satwa liar asal Inggris, Whale and Dolphin Conservation (WDC), menyebut angka itu adalah jumlah hewan laut terbanyak yang dikurung. Mereka dan banyak aktivis lingkungan lainnya mengkhawatirkan penjara yang kecil itu berpotensi mengancam keselamatan jiwa paus-paus tersebut, terutama saat musim dingin.
ADVERTISEMENT
4 Perusahaan dengan Reputasi Buruk di Balik Keberadaan ‘Penjara Paus’
Para aktivis dari tiga lembaga swadaya masyarakat (LSM) kini sedang mengajukan tuntutan kepada pemerintah Rusia atas perbuatan empat perusahaan, yakni LLC Bely Kit, LLC Afalina, LLC Oceanarium DV, dan LLC Sochi Dolphinarium, yang dianggap sebagai pihak-pihak yang patut bertanggung jawab atas keberadaan penjara paus tersebut.
Dikutip dari IFLScience, para aktivis khawatir paus-paus itu akan dijual ke sejumlah taman air dan akuarium di China, yang akan mengabaikan hukum internasional secara terang-terangan.
Kekhawatiran bahwa paus-paus itu akan dijual ke China ini muncul berdasarkan pemberitaan dari Novaya Gazeta, sebuah koran di Rusia, soal laporan reputasi buruk keempat perusahaan itu pada antara 2013 dan 2016.
ADVERTISEMENT
Tercatat, keempat perusahaan itu telah mengekspor total 13 paus orca ke China antara tahun 2013 hingga 2016.
Tiga dari empat perusahaan dengan kepemilikan atas paus-paus itu mengklaim bahwa mereka mendapatkan hewan-hewan itu secara legal. Kepada National Geographic, Bely Kit mengatakan bahwa mereka berencana menjual paus-paus itu ke akuarium-akuarium lokal di Rusia.
Sementara itu, Direktur Afalina bersikukuh bahwa mereka tidak melanggar hukum. "Kami bertindak dalam kerangka undang-undang yang ada," kata mereka kepada media lokal.
Penyelidikan oleh Polisi Setempat
Menanggapi laporan kasus dan tuntutan yang masuk, kini pihak berwenang di Rusia sedang menyelidiki keempat perusahaan tersebut.
Meskipun ilegal untuk menjual paus-paus itu ke luar negeri, hukum di Rusia membolehkan perusahaan-perusahaan itu untuk menjual paus-paus tersebut ke akuarium-akuarium setempat di Rusia.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, banyak pihak meragukan apakah akuarium-akuarium lokal di Rusia memiliki kapasitas yang cukup besar untuk menampung semua mamalia laut tersebut. Sementara di sisi lain, paus-paus orca yang dijual di pasar gelap China dapat menghasilkan jutaan dolar.
Di pasar gelap China, harga yang ditawar untuk penjualan paus terbilang tinggi, yakni diperkirakan mencapai lebih dari 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 89 miliar untuk setiap transaksi.
Paus beluga. Foto: Greg Hume via Wikimedia Commons
Soal kebutuhan China terhadap paus, The Telegraph pernah melaporkan bahwa bisnis taman hiburan dengan laut di China sedang berkembang pesat. China sekarang sudah memiliki lebih dari 60 taman wisata laut dan setidaknya ada 12 lagi yang masih dalam pembangunan.
Meski secara hukum penangkapan paus masih diizinkan untuk tujuan ilmiah dan pendidikan. Namun penangkapan anak paus dan paus betina yang sedang hamil tetap dilarang keras. Semenatara para ahli, sebagaimana dilansir IFLScience, mengatakan dalam penjara itu terdapat lebih dari selusin bayi paus.
ADVERTISEMENT
Jean-Michel Cousteau, pakar kelautan dan pencinta lingkungan sekaligus putra dari tokoh kelautan terkenal Jacques Cousteau, telah meminta Presiden Vladimir Putin untuk membebaskan paus-paus itu.
Keberadaan penjara paus itu telah ramai dikabarkan sejak November lalu. Namun hingga berselang tiga bulan kemudian, yakni sampai saat ini yang sudah memasuki musim dingin, sayangnya paus-paus itu masih berada di sana.
Para penyelidik di Rusia telah mengeluarkan pernyataan baru, dengan mengatakan: "Para penyelidik akan segera mengambil langkah-langkah komprehensif untuk mengembalikan semua mamalia laut ke habitat alami mereka."
Kini semua pihak yang sedang berjuang untuk paus-paus itu sedang berharap, semoga pihak berwenang di Rusia segera merealisasikan pernyataan terbaru mereka itu.