Ngeri, Sebuah Desa di Rusia Diserbu Jutaan Lalat

18 Juni 2019 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lalat. Foto: Pexels via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lalat. Foto: Pexels via Pixabay
ADVERTISEMENT
Desa Lazorevy di Sverdlovsk, Rusia, diserbu jutaan lalat. Peristiwa ini diduga terjadi akibat perbuatan seorang petani di sana yang memupuk lahan pertaniannya dengan kotoran ayam.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini direkam dalam video oleh salah satu media lokal, Channel One Russia. Di video yang tertanggal 13 Juni 2019 itu, tampak tumpukan lalat mati menutupi lantai, meja, dan tempat lain di dalam rumah salah satu penduduk Lazorevy.
Sementara kondisi di luar ruangan tampak lebih ngeri lagi. Kerumunan lalat berseliweran di jalan, halaman, dan lahan pertanian di sana.
Salah seorang penduduk setempat mengatakan bahwa penyebab serbuan lalat ini adalah seorang petani bernama Andrei Savchenko. Savchenko menggunakan berton-ton pupuk terbuat dari kotoran ayam di lahan pertaniannya. Live Science melaporkan bahwa kotoran-kotoran itu berasal dari salah satu peternakan ayam di sana, yang diduga mengandung jutaan telur lalat.
Kerumunan lalat ini sudah mulai muncul beberapa minggu lalu. Sejak kemunculannya, penduduk dan pemerintah setempat telah menggunakan pestisida untuk membasmi lalat-lalat ini.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, usaha mereka tidak berhasil. Lalat-lalat ini bisa berkembang biak jauh lebih cepat. Penggunaan pestisida hanya membuat keberadaan lalat-lalat itu berkurang sebentar, sebelum akhirnya jumlahnya bertambah lagi.
Serbuan jutaan lalat memang mengerikan. Tapi, risiko ancaman kesehatan akibat keberadaannya jauh lebih seram. Para penduduk desa di Rusia itu juga mengkhawatirkan risiko kesehatan penggunaan pestisida dalam membasmi lalat ini.
Sekarang, pihak berwajib sedang menyelidiki apakah penggunaan limbah secara ilegal menjadi penyebab kemunculan lalat-lalat ini. Savchenko sendiri merasa dirinya bukan penyebab serbuan serangga menyebalkan itu.
"Lalat telah ada sejak jutaan tahun dan mereka ada di mana-mana," ujarnya kepada The Guardian.