Oksigen yang Menipis Bikin Hewan Laut Kehilangan Penglihatan

19 Mei 2019 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keindahan Bawah Laut Takabonerate. Foto: Cornelius Bintang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan Bawah Laut Takabonerate. Foto: Cornelius Bintang/kumparan
ADVERTISEMENT
Tingkat oksigen yang semakin rendah di lautan ternyata dapat menyebabkan beberapa invertebrata laut, termasuk kepiting dan gurita, kehilangan penglihatannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga berpengaruh terhadap makhluk yang hidup di daratan. Sebagai contoh, manusia dapat kehilangan fungsi visual saat berada di lingkungan rendah oksigen. Ini dialami oleh pilot jet tempur, jika mereka tidak diberi oksigen tambahan saat berada di ketinggian, mereka akan mengalami gangguan penglihatan serta masalah lain, seperti darah tinggi dan stroke.
Menurut para peneliti dari Scripps Institute of Oceanography di California, hewan laut juga sangat sensitif terhadap jumlah oksigen di dalam air. "Dengan semua pengetahuan tentang oksigen yang memengaruhi penglihatan pada makhluk darat, saya bertanya-tanya apakah hewan laut akan bereaksi dengan cara yang sama," kata Lillian McCormick, pemimpin penulis studi ini, seperti dikutip dari IFL Science.
Pemandangan bawah laut Palau. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Diterbitkan dalam Journal of Experimental Biology, McCormick kemudian menemukan empat invertebrata laut di California, di antaranya cumi-cumi, gurita, kepiting tuna, dan kepiting brachyuran, yang mengalami pengurangan penglihatan antara 60 hingga 100 persen saat berada di dalam lingkungan rendah oksigen. "Saya terkejut, setelah beberapa menit oksigen menipis, beberapa spesies ini praktis menjadi buta," kata McCormick.
Untuk membuktikannya, McCormick kemudian menempatkan spesimen larva di atas meja mikroskop, dengan air laut yang terus kehilangan tingkat oksigennya. Dia kemudian memberikan cahaya dan merekam respons visual hewan menggunakan "mesin EKG untuk mata", di mana elektroda telah terhubung ke retina hewan. McCormick mengamati setiap kasus yang terjadi, melihat respons hewan ketika ketersediaan oksigen mulai menurun.
ADVERTISEMENT
Kepiting dan cumi-cumi brachyura kehilangan hampir semua penglihatan mereka ketika tingkat oksigen menurun hingga 20 persen dari tingkat permukaan. Gurita lebih mampu mentolerir deplesi oksigen, dan kepiting tuna merupakan yang paling tangguh (meskipun masih terpengaruh).
Ketika oksigen dikembalikan, sebagian besar spesimen mulai pulih, setidaknya beberapa fungsi visual mereka kembali normal.
Pemandangan bawah laut. Foto: Pixabay
Ini kemungkinan berkaitan dengan konsep yang disebut fototransduksi, sistem visual yang sangat kompleks yang menerjemahkan energi dari cahaya menjadi sinyal saraf yang memberi hewan penglihatan. Secara keseluruhan, ini adalah salah satu "proses energi yang paling berharga" dan tanpa itu, banyak spesies akan menghadapi kondisi yang mengancam jiwa.
Tingkat oksigen di lautan dunia berubah karena proses alami, tetapi dipercepat oleh perubahan iklim yang dipengaruhi manusia dan polusi. Pemanasan atmosfer yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca mengurangi proses yang disebut upwelling, di mana air permukaan yang teroksigenasi telah tercampur dengan air yang miskin nutrisi dari kedalaman.
ADVERTISEMENT
Selain itu, polusi telah dikaitkan dengan eutrofikasi di lingkungan dekat pantai yang menyebabkan spesies plankton berkembang dan menguras tingkat oksigen.