Orang dengan Opini Buruk ke Media Cenderung Lebih Mudah Termakan Hoaks

28 November 2018 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hoax (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hoax (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kalau kamu tidak suka dengan media dan menganggap berita-berita di media itu "palsu", maka ada kemungkinan kamu lebih mudah termakan hoaks alias berita palsu.
ADVERTISEMENT
Hal ini berdasarkan hasil survei terbaru dari News Co/Lab di Arizona, AS, yang berkolaborasi dengan Center for Media Engagement milik University of Texas.
Dalam hasil survei ini, tim peneliti menemukan bahwa mereka yang punya opini negatif pada media massa cenderung kesulitan membedakan antara berita palsu dengan berita sebenarnya. Selain itu mereka juga kesulitan membedakan antara berita dengan opini pribadi, tapi mereka tetap percaya diri dengan kemampuannya mencari informasi di internet.
IJnet melaporkan bahwa temuan ini didapat peneliti setelah melakukan survei kepada 4.854 orang di tiga kota berbeda, Kansas City, Fresno, dan Macon, di Georgia AS. Orang-orang tersebut diminta menjawab apa kata pertama yang mereka pikirkan ketika melihat kata-kata "news" atau berita.
com-Ilustrasi Orang Baca Berita (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Orang Baca Berita (Foto: Pixabay)
62 persen memberikan jawaban negatif dengan kata-kata, seperti "fake" (palsu), "lies" (kebohongan), atau “untrustworthy" (tidak bisa dipercaya). Sementara 38 persen sisanya memberikan jawaban positif atau netral.
ADVERTISEMENT
Kemudian tim peneliti memberikan peserta survei tiga judul berita berbeda. Dua berita nyata dan yang satu adalah hoaks. Ternyata mereka yang punya anggapan positif ke media bisa lebih baik menemukan mana berita benar dan mana berita palsu.
Di Kansas City, 82 persen dari orang-orang dengan anggapan positif bisa menemukan mana berita palsu. Sementara hanya 69 persen dari orang-orang dengan anggapan negatif yang bisa menemukannya. Judul berita palsu itu adalah: "Riset Terbaru: Sekitar 50 Persen Peneliti di AS Menolak Evolusi".
Dalam survei ini para peneliti juga memberikan pertanyaan lain kepada para peserta survei. Mereka diminta untuk mengkategorikan tulisan-tulisan sebagai berita, opini, analisis, atau konten iklan.
Orang-orang dengan anggapan negatif pada media massa cenderung kesulitan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tulisan tersebut dibanding peserta dengan anggapan positif. Namun demikian, marginnya tidak banyak berbeda yakni antara 74 persen dengan 80 persen.
Ilustrasi berita palsu di Internet. (Foto: Pixel2013 via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berita palsu di Internet. (Foto: Pixel2013 via Pixabay)
Para peneliti juga menemukan bahwa orang dengan anggapan negatif pada media lebih percaya diri untuk mencari informasi di internet.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, tim peneliti juga menambahkan bahwa edukasi, usia, dan penghasilan juga mempengaruhi orang-orang mendeteksi berita hoaks. Seperti yang diduga, orang dengan pendidikan perguruan tinggi jauh lebih baik menghindari berita hoaks atau palsu.
"Kita melihat adanya perbedaan dalam hal literasi berita pada beberapa kelompok spesifik yang mungkin mengurangi kemampuan mereka untuk memahami apa yang terjadi di dunia," kata Gina Masullo Chen, pemimpin survei ini, dalam suatu pernyataannya.