Para Genius dan Perlawanan pada Ancaman Bunuh Diri

20 Agustus 2019 17:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bunuh diri Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bunuh diri Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang dosen UGM yang mendapat predikat cumlaude untuk jenjang S3 berinisial BS tewas gantung diri pada Jumat (16/8). Keputusan yang menambah daftar hitam tragedi bunuh diri yang terjadi di lingkungan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, kasus bunuh diri di kalangan dosen memang pernah terjadi. Pada tahun 2007 silam, seorang doktor matematika di Universitas Lampung ditemukan tewas gantung diri. Diduga karena masalah keluarga yang dihadapinya.
Kasus lain, menimpa seroang profesor di Universitas Airlangga yang melompat dari sebuah gedung, 2015 lalu. Ia diduga mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan penyakit syaraf yang menggerogoti.
Jurnal Does the Level of Education Influence Completed Suicide? (2013) menyebut, orang yang memiliki level pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih reaktif saat menghadapi kegagalan atau kemunduran. Respons yang kemudian bisa mengarahkan mereka ke keputusan bunuh diri.
“Bagi orang-orang dengan pencapaian pendidikan tingkat tinggi, yang sudah memiliki prestasi tinggi atau diharapkan untuk melakukan pencapaian dengan baik, setiap kemunduran atau kegagalan dapat menyebabkan reaksi psikologis yang kuat, mengurangi kepercayaan diri karena peningkatan tekanan,” tulis jurnal tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dr. Kenneth penulis jurnal Beatiful Minds: Is there a Link Between Genius and Madness juga mengemukakan argumentasi yang mirip. Dalam temuannya dikatakan, orang-orang dengan profesi yang membutuhkan keahlian dan kreatifitas tinggi seringkali memiliki gangguan psikiatri khusus. Seperti disleksia, bipolar, skizofrenia, gangguan obsesif-kompulsif, hingga autis.
Gangguan ini menyebabkan ketidakseimbangan emosional dan memunculkan keinginan-keinginan bunuh diri lebih sering dibandingkan dengan orang di luar itu.
Sebut saja Vincent Van Gogh, seorang pelukis Perancis terkenal aliran pasca impresionis yang menderita bipolar. Dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri pada tahun 1980.
Memang, tidak ada penyebab tunggal dari keputusan seseorang untuk bunuh diri. Namun, berdasarkan penelitian Professor Michael Fitzgerald bertajuk Suicide, Parasuicide, Suicidal Thoughts and Persons of Genius (2004), keinginan bunuh diri para jenius berasal dari pemikiran mereka yang kompleks dan emosional.
Ilustrasi depresi. Foto: Pixabay
Cara berpikir yang kompleks ini biasa mereka gunakan untuk merangsang kreativitas. Namun, cara berpikir ini juga yang kemudian menjadi bumerang yang mengintai mereka. Pemikiran kompleks ini mengantarkan mereka kepada jawaban buntu yang berujung pada keinginan untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Bahkan, penulis buku Darkness Visible, William Styron menggambarkan pemikiran tersebut dengan perasaan sakit yang tidak memiliki ujung.
“Rasa sakit itu datang tak henti-hentinya. Dan apa yang membuat kondisi semakin tidak tertahankan adalah ramalan bahwa tidak ada obat yang akan datang dalam sehari, satu jam, atau satu menit.”
Untuk mencegah terjadinya keinginan bunuh diri, WHO dalam jurnal yang berjudul Preventing Suicide a Global Imperative menghimbau untuk memperhatikan dan memahami tanda-tanda peringatan yang muncul secara verbal maupun perilaku dari orang yang berniat bunuh diri. Meskipun terkesan mendadak, tanda-tanda itu selalu ada.
Dalam jurnal itu disebutkan, ada anggapan bahwa sosok yang mengutarakan keinginan bunuh diri secara langsung tidak benar-benar bermaksud untuk melakukannya. Namun, WHO justru meminta untuk memperhatikan perkataan tersebut. Itu karena, hal itu merupakan upaya mereka untuk meminta bantuan dari serangan kecemasan, keputusasaan, dan depresi yang sedang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu lembaga yang menagani kesehatan mental, Helpguide menyarankan, pencegahan bunuh diri dilakukan dengan upaya dialogis berupa komunikasi yang mengedepankan simpati. Jika keinginan bunuh diri semakin kuat, segera hubungi spesialis untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.
...
Anda bisa mencari bantuan jika mengetahui ada sahabat atau kerabat, termasuk diri anda sendiri, yang memiliki kecenderungan bunuh diri.
Informasi terkait depresi dan isu kesehatan mental bisa diperoleh dengan menghubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat, atau mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Jangan Bunuh Diri via email [email protected] dan saluran telepon (021) 9696 9293, dan Yayasan Pulih di (021) 78842580.