Penanganan Paus Terdampar yang Benar Menurut WWF

18 Maret 2018 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: AFP PHOTO / CHAIDEER MAHYUDDIN)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: AFP PHOTO / CHAIDEER MAHYUDDIN)
ADVERTISEMENT
Paus, mamalia laut yang dikenal memiliki ukuran tubuh yang besar, beberapa kali ditemukan terdampar di pantai, terutama di wilayah Indonesia. Terkadang, paus yang terdampar itu ditemukan masih dalam keadaan hidup atau sudah mati.
ADVERTISEMENT
Lalu apabila masih hidup, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan sang paus yang terdampar?
Dalam sebuah diskusi, Marine Species Conservation Assisstant dari WWF Indonesia, Sheyka N. Fadela, mengatakan kalau penanganan paus dan mamalia laut lain yang terdampar harus dilakukan dengan benar agar bisa membantu konservasi mamalia laut.
“Paling bagus kalau paus terdampar masih bisa diselamatkan dalam keadaan hidup,” kata Sheyka dalam diskusi yang diselenggarakan di Bogor, Jumat (16/3).
Ketika paus sperma yang terdampar bisa dikembalikan ke laut dalam keadaan selamat, maka populasi hewan laut tersebut pun akan aman.
Warga mencoba mengevakuasi paus  (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Warga mencoba mengevakuasi paus (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Namun Sheyka mengatakan, ada kalanya ketika dilakukan penyelamatan terhadap paus atau hewan laut lainnya yang terdampar, masyarakat dan pihak berwajib melakukan prosedur yang kurang tepat sehingga malah menyakiti paus.
ADVERTISEMENT
“Kalau ada paus yang terdampar itu paling susah kalau terdampar di lautan dangkal,” ucapnya.
Sheyka mengangkat kasus terdamparnya 10 ekor paus sperma yang terdampar di Aceh pada November 2017 lalu. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak empat ekor paus sperma tidak terselamatkan nyawanya.
Sheyka mengatakan, salah satu prosedur yang kurang tepat ketika mengembalikan paus yang hidup ke lautan adalah menggunakan tali tambang biasa untuk menarik paus kembali ke laut. Sheyka khawatir hal tersebut bisa menyakiti paus karena kulit paus sebenarnya tidak terlalu tebal.
“Memang ada tali khusus, ada semacam selimutnya. Tapi kalau tidak ada pun seharusnya bisa ditambah selimut dulu supaya tidak melukai paus," ujar Sheyka.
Selain itu, tantangan lain dalam menangani paus terdampar adalah budaya masyarakat Indonesia sendiri.
ADVERTISEMENT
“Waktu di Aceh, paus terdampar itu dianggap sebagai jinx, pembawa sial. Jadi warga inginnya paus segera dikubur," ucapnya.
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: TARA FOTO/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: TARA FOTO/Irwansyah Putra)
Pentingnya autopsi hewan laut yang terdampar
Padahal menurut Sheyka, sebelum dikubur seharusnya paus itu terlebih dahulu dilakukan nekropsi, yakni autopsi untuk hewan.
Nekropsi dilakukan untuk mengetahui penyebab terdamparnya paus atau hewan laut lainnya. Sheyka mengatakan, sebagian besar alasan paus terdampar di Indonesia tidak diketahui karena jarang dilakukan nekropsi.
Melakukan nekropsi juga dapat memberikan gambaran keadaan laut. Contohnya, ketika ditemukan sampah di dalam perut paus, maka penemuan itu menunjukkan kalau lautan sudah tercemar.
Dalam mengubur paus yang terdampar pun tidak bisa sembarangan. Paus harus dikubur sedalam minimal dua meter, terutama paus sperma.
ADVERTISEMENT
“(Misalnya) paus sperma kan ada spermaceti (cairan putih semacam minyak) di kepalanya. Kalau kurang dari dua meter nanti rembes ke luar,” jelas Sheyka.
Selain karena rembesan spermaceti, penguburan yang tidak benar dapat mengundang hewan-hewan seperti burung ataupun anjing yang menggali atau bahkan memakan bangkai paus tersebut.
Hal ini dikhawatirkan ketika burung atau anjing tersebut kontak dengan manusia, maka akan membawa penyakit dari laut dan tersebar.
Bangkai Paus Sperma (Foto: ANTARA FOTO/Jojon)
zoom-in-whitePerbesar
Bangkai Paus Sperma (Foto: ANTARA FOTO/Jojon)
Ancaman virus dari paus terdampar
Sheyka juga mengingatkan, bila bertemu dengan paus terdampar atau menanganinya, maka harus menggunakan sarung tangan dan membersihkan diri setelahnya. Tapi kalau memungkinkan, sebaiknya hindari kontak sama sekali dengan hewan laut terdampar, hidup, atau mati.
Paus ataupun hewan laut lain yang terdampar dikhawatirkan membawa virus ataupun bakteri yang berbahaya bagi manusia.
ADVERTISEMENT
“Saya punya teman yang terkena semburan nafas paus sperma. Baru semburan nafasnya saja dia demam selama dua minggu. Kata dokter karena virus yang seharusnya ada di laut,” jelas Sheyka.
Karena itu, Sheyka menekankan pentingnya pelatihan-pelatihan penanganan paus dan hewan laut lain yang terdampar, terutama di daerah-daerah yang rawan hewan laut terdampar seperti di Aceh dan Indonesia Timur.
Sayangnya, sampai saat ini, penanganan hewan laut terdampar belum menjadi prioritas pemerintah, sehingga bila kejadian ini terjadi, penanganan dilakukan dengan peralatan dan kemampuan yang seadanya.