Penderita Obesitas Punya 'Saklar Lemak' yang Harus Dimatikan

8 Desember 2017 20:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sel otak (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sel otak (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
Tim ilmuwan dari Biomedicine Discovery Institute di Monash University, Australia, telah melakukan penelitian tentang hubungan antara makan dan konversi sel lemak ke energi. Hasil penelitian menunjukkan adanya petunjuk baru yang berpotensi bisa menjadi pengobatan obesitas.
ADVERTISEMENT
Lemak di tubuh manusia disimpan dalam sel khusus yang disebut adiposa, yang bisa berubah warna menjadi putih ke cokelat dan sebaliknya. Lemak cokelat biasanya disebut baik karena ia menstimulasi pembakaran energi. Sementara lemak putih adalah lemak jahat yang biasanya menimbun di dalam tubuh dan tidak menjadi energi.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism pada Agustus 2017 dikatakan, setelah makan, otak merespons peredaran insulin, yang meningkat setelah terjadi kenaikan glukosa darah. Otak kemudian mengirimkan sinyal adiposa untuk mengubah lemak putih menjadi lemak cokelat sehingga tubuh bisa mengeluarkan energi.
Namun, saat manusia tidak makan selama berjam-jam bisa menimbulkan efek sebaliknya. Otak memberi tahu lemak cokelat untuk diubah menjadi lemak putih sehingga energi disimpan untuk penggunaan masa depan.
ADVERTISEMENT
Kedua proses ini membantu tubuh menjaga berat badan, termasuk mencegah kenaikkan berat badan dalam menanggapi tubuh saat makan dan tidak makan.
Insulin dibutuhkan tubuh (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Insulin dibutuhkan tubuh (Foto: Thinkstock)
Peneliti kemudian mengatakan kemampuan otak merasakan insulin dan mengoordinasi makanan masuk dengan pengeluaran energi ini dikendalikan oleh suatu mekanisme semacam 'saklar'. Saklar ini mengendalikan lemak cokelat.
Saklar bakal aktif setelah kita lama tidak mengonsumsi makanan untuk menghambat respons terhadap insulin dan menekan lemak cokelat tidak jadi energi. Saklar bakal mati setelah kita makan untuk mempermudah respons insulin untuk mendorong lemak cokelat dan mengeluarkan energi.
Vitamin B1 dapat meningkatan nafsu makan. (Foto: Pixabay )
zoom-in-whitePerbesar
Vitamin B1 dapat meningkatan nafsu makan. (Foto: Pixabay )
"Apa yang terjadi dalam konteks obesitas adalah saklar tetap menyala sepanjang waktu - itu tidak berubah saat makan," kata pemimpin ilmuwan Professor Tony Tiganis.
ADVERTISEMENT
"Sebagai konsekuensinya, proses lemak cokelat selalu mati setiap saat dan pengeluaran energi berkurang sepanjang waktu, jadi ketika Anda makan, Anda tidak melihat peningkatan pengeluaran energi yang sepadan - dan ini mendorong kenaikan berat badan."
Studi ini berpotensi melahirkan metode terapi baru bagi penderita obesitas, yang bisa mendorong kembalinya fungsi konversi lemak putih ke lemak cokelat untuk menjadi energi. Potensi tersebut akan terus diekplorasi peneliti di masa depan.