Peneliti Ungkap 4 Cara Kaum Anti Vaksin Pengaruhi Orang Lain

26 Maret 2019 8:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Imunisasi / Vaksin Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Imunisasi / Vaksin Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra
ADVERTISEMENT
Selama 20 tahun terakhir, gerakan anti vaksin telah berkembang cukup pesat. Sebagian besar terjadi akibat pengaruh komunitas anti vaksin di internet sehingga informasi dari kaum anti vaksin menyebar secara masif.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun kaum anti vaksin telah menyebarkan informasi salah, misalnya dengan menyebut bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme. Berbagai informasi yang salah kaprah itu menjadi sulit dibendung karena kaum anti vaksin telah menyebarkan pemikirannya di berbagai media sosial.
Melihat fenomena ini, sekelompok peneliti kemudian melakukan studi ilmiah mengenai pesan-pesan yang disebarkan secara gencar oleh kaum anti vaksin. Para peneliti mempelajari kaum anti vaksin dengan melihat ‘pergerakan’ mereka di Facebook dan hasil studi ini telah diterbitkan di jurnal Vaccine.
Ilustrasi Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
Di Facebook, para peneliti melihat postingan terkait vaksin guna mengetahui siapa yang menyebarkan konten anti vaksin tersebut. Mereka lantas melihat sebuah video yang diposting oleh klinik pediatrik yang mempromosikan vaksin HPV. Di bawah postingan video tersebut, ditemukan ratusan komentar dari orang-orang penganut anti vaksin yang nantinya akan dipilih peneliti.
ADVERTISEMENT
Dari komentar-komentar itu, para peneliti kemudian memilih 197 profil untuk diselidiki, dan menyisir jenis postingan yang mereka bagikan. Hasilnya, 89 persen diidentifikasi sebagai perempuan dan 78 persen di antaranya adalah orang tua.
Dengan melihat tulisan dan komentar yang dilancarkan oleh para penganut anti vaksin, para peneliti kemudian mengklasifikasikannya menjadi empat bagian kelompok utama: Kepercayaan, Alternatif, Keamanan, dan Konspirasi. Keempat kelompok itu memiliki tugas dan cara masing-masing untuk memengaruhi banyak orang lainnya agar tidak menggunakan vaksin.
Ilustrasi Buzzer Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kelompok Alternatif misalnya, mereka difokuskan memberi alternatif lain guna mencegah dilakukannya vaksin, antara lain dengan memberi rekomendasi aneh bahwa makan yoghurt bisa menyembuhkan HPV, atau meyakini ganja dapat mengobati kanker, AIDS, dan penyakit lainnya.
Sementara kelompok Kepercayaan berfokus untuk menyebarkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sains, dan lembaga serta perusahaan farmasi. Adapun kelompok Keselamatan menyebarkan isu soal berbagai masalah kesehatan akibat vaksin, misalnya risiko autisme, kecacatan, dan kematian akibat menerima vaksin.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan, yakni sebanyak 71 persen postingan kaum anti vaksin yang diteliti, adalah berupa teori-teori konspirasi. Kelompok Konspirasi ini menyebarkan pemikiran bahwa pemerintah telah mengambil keuntungan dari vaksin. Selain itu, peneliti juga menemukan teori konspirasi lain, seperti menyebut bahwa NASA telah melepaskan balon yang isinya bahan kimia di langit sehingga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit pada manusia.
Tim peneliti berharap hasil riset ini bisa membantu memerangi berbagai informasi yang salah mengenai vaksin dan membantu mengkampanyekan informasi kesehatan masyarakat yang tepat. Selain itu mereka juga berharap hasil riset ini bisa digunakan untuk menemukan cara mengatasi serangan kaum anti vaksin di internet.