Peneliti Ungkap Misteri Kematian Pria yang Dibunuh 33.000 Tahun Lalu

4 Juli 2019 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembunuhan Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
ADVERTISEMENT
Kematian misterius seorang pria dari Zaman Paleolitikum Muda pada 33.000 tahun lalu akhirnya terpecahkan. Hasil riset yang dilakukan oleh para ahli paleoantropologi menunjukkan bahwa pria ini dibunuh oleh seorang pembunuh kidal yang menghancurkan tengkoraknya dengan dua pukulan berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menduga korban telah dipukuli sampai mati menggunakan benda yang mirip pentungan. Katerina Harvati, profesor paleoantropologi dari University of Tübingen di Jerman, mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pria tersebut meninggal akibat trauma benda tumpul.
"Sejauh mana cedera yang dideritanya akan menyebabkan kematian. Mengenai bagaimana atau mengapa ini terjadi, kita hanya bisa berspekulasi," kata Hervati sebagai salah satu peneliti dalam riset ini, sebagaimana dilansir Live Science.
Dalam riset ini, para peneliti menggunakan sisa dari bagian tubuh korban, yakni bagian tengkorak yang disebut sebagai Cioclovina calvaria. Tengkorak itu ditemukan pada tahun 1941 oleh penambang fosfat di Gua Pestera Cioclovina, di Transylvania Selatan, Rumania.
Tengkorak Cioclovina calvaria. Foto: Kranioti, EF. et al. PLOS ONE. 2019.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tengkorak itu milik seorang pria dewasa. Namun, sayangnya para peneliti belum memastikan penyebab dari luka yang ada pada bagian tengkorak pria ini. Untuk memastikannya, para ilmuwan internasional dari Yunani, Rumania, dan Jerman kemudian melakukan serangkaian penelitian untuk memecahkan teka-teki itu.
ADVERTISEMENT
"Cioclovina sangat penting, karena ia adalah salah satu tengkorak paling awal dan relatif lengkap dari orang Eropa modern dari periode Paleolitikum Muda (periode yang dimulai pada sekitar 40.000 tahun lalu, ketika penyebaran besar manusia modern di Eropa terjadi)," ujar Hervati.
"Sisa-sisa manusia dari periode ini sangat langka dan sering kali sangat terpisah-pisah," tambahnya.
Harvati dan timnya melakukan CT scan pada tengkorak itu untuk melihat secara rinci dua bagian yang fraktur di sana. Kemudian, mereka mengambil 12 bola tulang atau tengkorak sintetis dan membuat masing-masing tengkorak itu mengalami trauma yang berbeda, seperti menjatuhkannya dari ketinggian, memukulnya dengan batu, hingga memukulnya dengan pentungan.
"Hasil riset kami jelas menunjukkan bahwa pola fraktur yang diamati pada tengkorak ini tidak mungkin dibuat setelah kematiannya atau akibat jatuh dari ketinggian. Sebaliknya, kondisi dua fraktur di tengkorak ini sesuai dengan dugaan kami, yaitu trauma akibat benda tumpul di kepala," kata Harvati.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lokasi cedera di tengkorak juga mengungkapkan petunjuk mengenai si pembunuh. Tampaknya, si pembunuh berhadap-hadapan dengan korban selama penyerangan dan kemungkinan ia adalah orang yang kidal, karena luka pada pria ini berada di sisi kanan tengkoraknya.
Laporan hasil riset yang telah dipublikasikan online di jurnal PLOS ONE pada 3 Juli 2019 ini menunjukkan bahwa manusia Zaman Paleolitikum Muda merupakan orang-orang yang kreatif. Mereka mampu mengembangkan inovasi budaya dan teknologi, perilaku simbolik, dan ekspresi artistik. Namun, perilaku orang-orang di zaman ini juga penuh dengan kekerasan. "Penelitian kami menunjukkan bahwa mereka juga mampu membunuh," kata Harvati.