Penjelasan Sains soal Kemiripan Menteri Desa dan Wali Kota Tasikmalaya

23 Maret 2018 7:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eko Putro Sandjojo bersama Walikota Tasikmalaya (Foto: Twitter @EkoSandjojo)
zoom-in-whitePerbesar
Eko Putro Sandjojo bersama Walikota Tasikmalaya (Foto: Twitter @EkoSandjojo)
ADVERTISEMENT
"Saudara kembar ya?"
Mungkin itu kata yang kita ucapkan saat melihat sosok Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo bersanding dengan Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman pada acara 'One Hour Muhaimin Iskandar: Leadership and Entrepreneur Training' di Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wada'wah, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (19/3).
ADVERTISEMENT
Sama-sama mengenakan peci hitam, kemeja lengan panjang putih, dan syal hijau, kedua pria dengan tahun kelahiran yang sama itu duduk bersebelahan selama acara berlangsung.
Dengan postur serta wajah yang mirip, bukan tidak mungkin ada orang yang salah memanggil atau menduga mereka saat itu.
Tapi apakah kemiripan mereka suatu kebetulan?
Menurut Michael Sheehan, asisten profesor neurobiologi dan tingkah laku dari Cornell University di AS, kemungkinan adanya dua orang yang mirip satu sama lain tapi berbeda orang tua sangatlah besar.
"Tidak banyak keberagaman genetik yang tersedia di antara kita," ujarnya seperti dilansir Live Science.
"Jika Anda mencoba mengocok sebuah dek kartu, tak peduli seberapa banyak, pada titik tertentu Anda akan dapatkan hasil yang sama," tambahnya, mengumpamakan keberagaman genetika manusia dengan suatu dek kartu.
ADVERTISEMENT
Namun demikian Sheehan menjelaskan, para peneliti masih belum mengetahui secara pasti peran gen dalam membentuk wajah manusia.
Kemungkinan Saling Bersaudara
Arthur Beaudet, profesor molekular dan gen manusia dari Baylor College of Medicine di Houston, AS, berpendapat ada kemungkinan dua orang asing yang mirip satu sama lain itu adalah saudara jauh, tetapi mereka tidak mengetahuinya.
Ia juga berpendapat bahwa mereka dengan etnis yang sama akan lebih mungkin memiliki "kembaran" yang tidak mereka ketahui.
Bayi kembar (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar (Foto: Pixabay)
"Jarang sekali kita temukan orang Asia dan Eropa yang terlihat sangat identik satu sama lain," ujar Beaudet.
"Biasanya yang kita temukan adalah dua orang dari satu keturunan yang dekat, yang mungkin memiliki banyak kesamaan genetika," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Bertemu "Saudara Kembar" Sangatlah Langka
Ada sebutan tersendiri untuk “kembaran” yang tidak sedarah, yakni doppleganger.
Menurut sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari University of Adelaide di Australia pada 2015, ditemukan bahwa hanya ada satu dari 135 kemungkinan bahwa ada sepasang orang yang sangat mirip hidup di dunia.
Dan besar kemungkinan ada dua orang yang memiliki fitur-fitur wajah yang benar-benar mirip satu sama lain adalah satu dalam 1 triliun.
Si kembar Tatjana dan Bima. (Foto: Instagram @cynthia_lamusu)
zoom-in-whitePerbesar
Si kembar Tatjana dan Bima. (Foto: Instagram @cynthia_lamusu)
Dilansir Science Alert, temuan ini didapat setelah Teghan Lucas dan timnya melakukan pemeriksaan atas 4 ribu wajah berbeda yang datanya didapat dari US Anthropometric Survey (ANSUR).
Ia menghitung dan membandingkan delapan fitur wajah 4 ribu orang tersebut dan menyimpulkan bahwa kemungkinan seseorang terlihat mirip dengan orang lain dalam delapan fitur wajah yang tak dirinci oleh Lucas itu adalah satu dalam 1 triliun.
ADVERTISEMENT
Ya, dengan kemungkinan yang hanya satu dalam 1 triliun itu pun, dengan kuasa Tuhan dan dukungan alam semesta, Menteri Desa Eko Putro Sandjojo akhirnya bisa bertemu dengan “kembarannya”, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman.