Pentingnya Diare bagi Tubuh

27 Maret 2018 12:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diare. (Foto: Derneuemann via Pixabay (CC0 Creative Commons))
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diare. (Foto: Derneuemann via Pixabay (CC0 Creative Commons))
ADVERTISEMENT
Diare memang menyebalkan. Tak hanya membuat kita harus bolak-balik toilet, diare juga membuat kita merasa lemas karena banyak cairan tubuh terbuang saat buang air. Tetapi, para peneliti menemukan bahwa mekanisme tersebut sangat dibutuhkan tubuh untuk bisa kembali sehat.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Cell Host and Microbe, tim peneliti menemukan bahwa menahan diare lebih berbahaya dibanding membiarkannya.
"Hipotesis bahwa diare membantu membersihkan patogen di usus telah menjadi bahan perdebatan selama berabad-abad," ujar Jerrold Turner, peneliti dari Brigham and Women's Hospital di AS sekaligus anggota tim peneliti, dilansir Science Alert.
"Perannya dalam infeksi usus tidak begitu dipahami. Karena itu kami mencoba memahami diare, dan juga mencoba untuk melihat apakah mencegah diare dapat memperlambat pembersihan patogen serta memperpanjang penyakit," tambahnya.
Ilustrasi anak mengalami diare (Foto:  Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak mengalami diare (Foto: Thinkstock)
Eksperimen pada Tikus
Dalam studi ini, mereka melakukan penelitian pada tikus yang disuntik dengan bakteri Citrobacter rodentium, yang infeksinya pada tikus bisa disamakan dengan infeksi E. coli pada manusia.
ADVERTISEMENT
Hasilnya ditemukan bahwa sebagai respons pada infeksi, sel-sel imun mulai bergerak ke arah dinding usus, dan memulai terjadinya produksi suatu protein bernama interleukin-22.
Interleukin-22 kemudian menyatu dengan sel-sel di dinding usus, dan kemudian mereka akan memproduksi protein lain, bernama claudin-2.
Claudin-2 memiliki tugas berkoordinasi dengan sel-sel untuk membuat suatu pembukaan besar di dinding usus, yang membuat air dapat masuk dan membersihkannya.
Hal ini terjadi dalam dua hari setelah infeksi bakteri terjadi, tepat sebelum radang pada jaringan usus terlihat lebih parah.
Ilustrasi perut sakit (Foto: Dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perut sakit (Foto: Dok. Thinkstock)
Sebelumnya aktivitas claudin-2 telah ditemukan pada manusia, namun temuan ini adalah pertama kalinya ditemukan adanya pengaruh antara claudin-2 dengan interleukin-22 saat terjadi infeksi bakteri.
Dan hal ini juga menunjukkan bahwa mengalami diare lebih baik dibandingkan tidak mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Dalam eksperimen, tim peneliti membagi tikus menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama direkayasa genetika untuk memproduksi claudin-2 secara berlebih, kelompok kedua tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi claudin-2 dan kelompok ketiga adalah grup kontrol yang berupa tikus normal.
Kelompok pertama dan kelompok kontrol mengalami diare sebagai respons pada infeksi bakteri. Sementara kelompok kedua memang tidak mengalami diare, namun simtom yang mereka alami jauh lebih buruk dan sistem imun mereka memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghilangkan infeksi bakteri.
Pada tahap awal infeksi, tikus di kelompok kedua mengalami kerusakan jaringan yang lebih parah dibanding dua kelompok lainnya dan juga mengalami proliferasi bakteri berbahaya yang lebih parah.
Sedihnya lagi, pada akhirnya mereka juga mengalami diare.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menyimpulkan, jika tubuh tidak mampu memproduksi diare untuk membersihkan infeksi, tubuh akan merusak lapisan usus untuk memaksa air lewat.
Perlu dicatat, eksperimen ini baru dilakukan pada tikus saja, jadi masih perlu dilakukan penelitian lanjut sebelum kita bisa mengatakan hal yang sama dapat terjadi pada manusia.
Apa yang penelitian ini tunjukkan adalah obat yang didesain untuk mencegah aktivitas claudin-2 dapat membawa pengaruh buruk bagi tubuh.