news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penyebab Tingginya Angka Kematian Penderita Gangguan Bipolar

30 Maret 2018 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasien bipolar. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasien bipolar. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bipolar, penyakit gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati ini, masih kurang dipahami masyarakat luas. Padahal menurut data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia cabang Jakarta (PDSKJI Jaya), angka kematian dari penderita gangguan bipolar jauh lebih tinggi ketimbang gangguan kejiwaan lainnya, seperti contohnya skizofrenia.
ADVERTISEMENT
"Memang seperti itu (kurang dipahami), kalau tidak merenggut nyawa dianggapnya tidak bahaya. Padahal ini implikasinya bisa (merenggut nyawa)," ujar Nova Riyanti Yusuf, Ketua PDSKJI Jaya dalam acara Seminar Kesehatan World Bipolar Day 2018 dan Launching Boneka Hagi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Nova, kematian pada penderita gangguan bipolar sebagian besar karena bunuh diri. "Memang penyebab kematian terbanyak itu bunuh diri. Karena penderita gangguan bipolar itu mood swing-nya tinggi sekali. Ini yang bahaya, penderita mungkin lakukan bunuh diri," jelasnya.
Nova Riyanti Yusuf, Ketua PDSKJI Jaya (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nova Riyanti Yusuf, Ketua PDSKJI Jaya (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Namun demikian, ada faktor lain yang turut serta menambah angka kematian pada para penderita gangguan bipolar seperti penggunaan obat terlarang dan juga penyakit medis lainnya.
Dari data tersebut, dijelaskan juga bahwa antara 10 sampai 20 persen penderita gangguan bipolar meninggal dunia akibat bunuh diri. "Nah makanya upaya kitalah untuk memperkenalkan tentang gangguan bipolar ke masyarakat luas agar kita bisa bersama menghadapi gangguan bipolar," ajak Nova.
Nova Riyanti Yusuf, Maskot Hagi dan Hana Madness (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nova Riyanti Yusuf, Maskot Hagi dan Hana Madness (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Nova menekankan edukasi kepada masyarakat luas mengenai gangguan bipolar bisa sangat membantu para penderita gangguan ini.
ADVERTISEMENT
"Bagi orang dengan gangguan bipolar, dukungan dari keluarga serta lingkungan sangat diperlukan dalam pengobatan. Jadi jika masyarakat punya informasi yang cukup kita semua akan sangat terbantu dalam mengatasi gangguan bipolar ini," kata Nova.
Hal yang sama juga disetujui oleh Hervita Diatri, psikiater di RSCM dan juga merupakan Seksi Bipolar PDSKJI. Menurutnya, informasi, pemahaman, dan dukungan dari keluarga serta lingkungan akan sangat menolong penderita gangguan bipolar untuk bisa menghadapi gangguan yang si penderita alami.
"Jangan jadikan mereka (penderita bipolar) sebagai orang yang berbeda. Jangan menjauhi karena kita tidak paham. Terus rangkul, karena mereka membutuhkan dukungan kita semua dalam menghadapi bipolar," tutur Hervita.
Hervita Diatri, Seksi Bipolar PDSKJI (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hervita Diatri, Seksi Bipolar PDSKJI (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Gangguan bipolar sendiri adalah jenis gangguan jiwa yang sering berkembang di akhir masa remaja atau dewasa awal seseorang. Setidaknya setengah dari semua kasus gangguan bipolar dimulai sebelum usia 25 tahun.
ADVERTISEMENT
Gangguan jiwa ini bersifat kronik, serius, dan sering berpotensi fatal. Angka kematian akibat gangguan bipolar 2-3 kali lebih tinggi daripada skizofrenia. Angka tersebut bahkan 20 kali lebih tinggi daripada populasi umum.