Prabowo Sebut Air Laut Jakarta Bisa Naik 5 Meter, Benarkah?

24 Februari 2019 10:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyoroti potensi kenaikan air laut yang mengancam ibu kota. Dia menyinggung perubahan iklim yang dapat mengakibatkan permukaan air laut di pesisir Jakarta naik 5 meter.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya dapat membahayakan masyarakat yang tinggal di sana.
"Bisa bayangkan rakyat kita yang hidup di pantai-pantai. Kalau benar 5 meter naik, saya kira repot. Jangan-jangan Istana Merdeka sudah banjir. Mungkin kita harus berpikir memindahkan ibu kota, mungkin," ujar Prabowo saat berpidato pada acara silaturahmi dengan warga Tionghoa di Medan, Sumatera Utara, Jumat (22/2).
Benarkah ucapan yang disampaikan Prabowo ini? Apakah ada dasarnya?
Dikutip dari Lokadata Beritagar, NOAA Global Climate Map dari citra satelit menunjukkan rata-rata peningkatan permukaan air laut dunia adalah sebesar 3,1 milimeter per tahun. Kenaikan ini terjadi karena melelehnya es dari glasier dan lempengan es lainnya karena suhu udara yang memanas berkat perubahan iklim.
Dengan peningkatan yang “cuma” sekitar 3,1 milimeter per tahun, maka masih butuh sekitar 1.613 tahun lagi agar air laut naik sampai 5 meter.
Pengendara sepeda motor melintas di jalan yang rusak akibat abrasi. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Tado
Hal yang Lebih Mengkhawatirkan: Penurunan Tanah Jakarta
ADVERTISEMENT
Yang perlu diperhatikan soal potensi banjirnya Jakarta oleh air laut bukan cuma faktor perubahan iklim yang meningkatkan tinggi air laut, melainkan juga penurunan ketinggian tanah ibu kota itu sendiri.
Media Australia, ABC.net.au, pernah memberitakan bahwa “pada 2025 air laut akan mencapai Istana Kepresidenan” di Jakarta dan bakal “membanjiri kawasan bersejarah Kota Tua.” Penyebabnya adalah naiknya air laut dan turunnya tanah Jakarta.
Pemberitaan bahwa Kota Tua di Jakarta bakal kebanjiran air laut ini bersumber dari hasil riset peneliti peneliti asing yang bekerja untuk World Bank.
“Jika kalian tidak melakukan apa-apa tentang masalah air tanah, bagian-bagian Jakarta akan tenggelam lima meter (pada tahun 2025)," kata JanJaap Brinkman, peneliti tersebut kepada ABC.net.au.
Ilustrasi Cuaca Buruk di Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Brinkman menyebut fenomena turunnya tanah di Jakarta ini terjadi karena penyedotan air tanah Jakarta secara besar-besar oleh berbagai gedung yang berdiri di atasnya.
ADVERTISEMENT
Dari dalam negeri, peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas juga pernah meneliti penurunan tanah di ibu kota.
Pada Desember 2017 lalu, Heri mengatakan kepada kumparanSAINS bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, ketinggian tanah Jakarta tercatat selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Besar penurunan ketinggian tanah di Jakarta itu berbeda-beda berdasarkan masing-masing wilayahnya.
“Ada yang dari 1 sentimeter per tahun, ada juga yang sampai 20 sentimeter per tahun di beberapa tempat,” papar Heri.
Ahli geodesi ITB Heri Andreas Foto: Dok. Heri Andreas
Dengan penurunan tanah setiap tahunnya akibat pengambilan air tanah besar-besaran ini, tanpa adanya kenaikan air laut pun, tidak lama lagi wilayah Jakarta memang bakal bisa kebanjiran air laut dan tenggelam.
Bila kita melihat ketinggian tanah Jakarta Pusat, tempat Bundaran HI berada misalnya. Rata-rata tinggi wilayah itu adalah sekitar 8 meter.
ADVERTISEMENT
Jika wilayah tersebut memiliki kecepatan penurunan tanah sebesar 20 sentimeter per tahun alias 0,2 meter per tahun, maka dapat kita perkirakan bahwa dalam 40 tahun ke depan ketinggian wilayah itu akan sama atau lebih rendah dibanding ketinggian permukaan laut sehingga bakal tenggelam.
Perhitungannya mudah, yakni 8 meter dibagi 0,2 meter per tahun sama dengan 40 tahun.
Jadi berdasarkan hitung-hitungan kasar tersebut, dalam 40 tahun ke depan Jakarta memang bisa kebanjiran air laut. Dan kejadian ini tak harus menunggu tinggi air laut naik, tapi tinggal menanti saja tinggi tanah Jakarta yang makin amblas