Presiden Donald Trump Jalani Tes Kognitif, Berapa Nilainya?

18 Januari 2018 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump (Foto: AFP/Saul Loeb)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump (Foto: AFP/Saul Loeb)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Selasa (16/1) kemarin, Dokter Kepresidenan AS menyatakan Presiden Donald Trump sukses melalui tes kognitif yang dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda awal adanya penyakit demensia. Trump mencetak nilai sempurna 30 dari 30 dalam tes kognitif yang dijalaninya tersebut.
ADVERTISEMENT
Tes itu sendiri mengharauskan Trump melakukan sejumlah tugas, seperti mengingat rangkaian kata, mengidentifikasi gambar hewan, dan menggambar sebuah jam dengan tangan yang menunjukkan jam tertentu.
Menurut Dr. Colin Herman, ahli neurologi dari Pusat Medis Wake Forest Baptist di North Carolina, bukan hal yang sulit bagi seseorang tanpa kelainan kognitif untuk mencetak skor sempurna dalam tes tersebut.
"Seseorang yang beroperasi dalam kapasitas penuh, tidak bekerja lebih dari 12 jam atau kurang tidur, seharusnya bisa mencetak skor sempurna, atau hanya kurang satu nilai saja," katanya, dilansir Live Science.
Setiap pertanyaan dalam tes dirancang untuk mengidentifikasi penurunan kemampuan otak ringan dalam berbagai area yang berbeda dari otak. Diketahui, berbagai bentuk demensi, termasuk penyakit Alzheimer, pertama kali muncul sebagai sesuatu yang kecil dalam area otak yang dirusak.
ADVERTISEMENT
Herman mengaku tidak terkejut apabila Trump yang kini berusia 71 tahun, melewatkan satu atau dua pertanyaan karena umurnya.
"Skor sempurna bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika tesnya dilakukan dengan benar, dan hasilnya bisa digunakan untuk melawan penurunan kemampuan otak ringan atau demensia," lanjutnya.
Meski begitu, Herman tetap mengimbau agar tidak terlalu bergantung pada sebuah tes kognitif saja.
Donald Trump (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
Menurut Herman, satu tes kognitif tidak selalu bisa menjadi patokan kemampuan otak seseorang. Bisa saja seseorang mencetak skor sempurna dalam tes kognitif tapi ternyata memiliki gejala demensia di dalamnya.
"Orang yang benar-benar pintar bisa mencetak skor yang sangat baik dalam tes ini. Para ahli juga mengatakan, selain memiliki demensia atau penurunan kemampuan kognitif, orang yang lebih tua bisa mengalami depresi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Herman mengatakan depresi dan demensia seringkali tersembunyi dan tidak terdeteksi.