Pria Seperti Apa yang Suka Pakai Jasa Prostitusi?

Rahasia Bercinta Suami yang Istri Perlu Ketahui (Foto: Shutterstock)

Beberapa hari belakangan masyarakat Indonesia dihebohkan oleh kasus prostitusi online. Seorang artis Vanessa Angel dan pengusaha tambang pasir bernama Rian dijadikan saksi atas kasus tersebut. Vanessa dan Rian diciduk pihak kepolisian Polda Jawa Timur pada Sabtu (5/1/2019) di sebuah hotel di Surabaya.

Sejauh ini telah ada beberapa riset yang berusaha mempelajari prostitusi. Salah satunya mengungkap karakteristik pria yang suka pakai jasa prostitusi.

Riset itu telah terbit di International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology pada 2013. Dalam riset itu, para peneliti menemukan bahwa pria yang secara aktif mencari pelacur tidak memiliki "kualitas" berbeda dengan kebanyakan pria lainnya.

Ilustrasi Kondom (Foto: shutterstock)

Menurut para peneliti dalam riset, pria-pria pemakai jasa prostitusi hanya sedikit lebih mungkin sudah menikah, sedikit lebih mungkin memiliki pekerjaan penuh, dan sedikit lebih mungkin punya pandangan liberal atas seks dibanding pria yang tidak pernah menggunakan jasa tersebut.

Meski begitu, dalam riset tersebut para peneliti menemukan ada sekelompok kecil pria pengguna jasa yang sangat aktif dan memiliki karakteristik yang cukup mencolok. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar mereka telah menikah dan memiliki penghasilan di atas 120 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,6 miliar per tahunnya.

Selain itu mereka biasanya punya ijazah S1 dan sering memikirkan soal seks dibanding kelompok pria lainnya. Bahkan mereka juga sering menuliskan ulasan di internet atas pelacur yang mereka gunakan.

Tapi para peneliti menjelaskan bahwa mereka tidak mengalami suatu kelainan psikologi atau mental. Suatu hal yang kontras dengan temuan oleh beberapa kelompok anti prostitusi.

Baginya apapun tidak pernah cukup (Foto: ilustrasi/Thinkstock)

Dalam sebuah riset lain, organisasi non profit Prostitution Research & Education membandingkan 101 pria yang pernah membeli seks dengan 100 pria lain dengan usia, ras, dan tingkat pendidikan sama yang belum pernah melakukan hal itu.

Dalam riset para peneliti menemukan bahwa pria yang membeli seks jauh lebih mungkin memiliki catatan kriminal dibanding pria yang tidak.

Meski begitu patut kita pahami bahwa riset-riset tersebut dilakukan di Amerika Serikat. Jadi ada kemungkinan hasil yang berbeda akan kita temukan jika riset dengan metode serupa dilakukan di Indonesia.

Hasil riset-riset itu sendiri menyarankan pihak berwajib untuk mengedukasi pria yang ditangkap karena membeli seks, dengan asumsi para pria ini perlu diberikan penanganan atas masalah emosi dan ketagihan seksual mereka.