news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ribuan Ton Kerang di Prancis Mati akibat Kenaikan Suhu Laut

14 September 2018 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerang Tidak Rentan Terkontaminasi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kerang Tidak Rentan Terkontaminasi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Ribuan ton kerang dan tiram di Prancis Selatan mati akibat fenomena alam yang disebut 'la malaïgue'. Peristiwa ini terjadi di Thau Lagoon pada bulan Agustus 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Malaïgue adalah fenomena alam yang telah terjadi di laguna dekat Laut Mediterania. Fenomena ini terakhir terjadi pada 2006 lalu.
Fenomena ini dapat terjadi ketika tidak ada angin yang berembus dan suhu air yang bertambah hangat, sehingga oksigen di dalam air pun bekurang. Kemunculannya ditandai oleh perubahan warna air yang menjadi putih. Hal ini menandakan adanya bakteri anaerob di dalam air dan muncul bau belerang.
Malaïgue dapat menyebar dan menyebabkan kematian pada penghuni air, termasuk kerang dan ikan. Jean-Christophe Cabrol, nelayan di Thau Lagoon, merasakan dampaknya setelah kerang dan tiram yang dibudidayanya mati.
“Tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali memindahkan kerang-kerang kami,” kata Cabrol dilansir Hakai Magazine.
“Tapi sulit memindahkan semua kerang ini. Ada yang mencoba memindahkan ke tempat lain, tapi kerang mereka tetap mati karena wilayah tersebut sudah terkena malaïgue.”
Ilustrasi tiram. (Foto: Falabella via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tiram. (Foto: Falabella via Pixabay)
Musim panas ini, seluruh bagian Eropa, mulai yang berada di Kutub Utara hingga Laut Mediterania, didera suhu tinggi. Suhu air pun meningkat hingga mencapai 29 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Tiram dapat bertahan dalam air dengan suhu 30 derajat Celcius. Meski bisa bertahan hingga suhu tersebut, namun tiram sudah kesulitan untuk bertahan hidup ketika suhu air mencapai 27,5 derajat.
Dalam seminggu, tercatat 2.703 ton tiram dan 1.218 ton kerang di Thau mati. Thau adalah pusat budidaya tiram dan kerang terbesar di Mediterania. Oleh karena itu, kematian ribuan makhluk laut ini menyebabkan kerugian besar hingga 7 juta dolar AS atau sekitar Rp 103,5 miliar.
Ilustrasi tiram (Foto: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tiram (Foto: pixabay.com)
Nasib budi daya tiram dan kerang di Thau masih belum pasti. Namun, ada harapan jika upaya membangun kembali ekologi lautan di tempat budi daya segera dilakukan, menurut ahli biologi kelautan Franck Lagarde.
“Lamun (sejenis rumput laut) yang tumbuh kembali sangatlah penting. Mereka memiliki peran mitigasi dalam hal ini, karena mereka memproduksi oksigen untuk lingkungan sekitar,” kata Lagarde.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan, penting untuk mengawasi keadaan sekitar laguna dan melihat bagaimana respons mereka terhadap kenaikan suhu dan tingkat karbon dioksida di udar