Riset: Makanan Cepat Saji Bisa Picu Alergi pada Anak

9 Juni 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan cepat saji Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan cepat saji Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Banyak pihak mengatakan makanan cepat saji tidak baik bagi kesehatan kita. Tidak hanya itu, bagi anak-anak, makanan cepat saji juga bisa memicu alergi. Hal ini terungkap dalam sebuah riset baru yang menunjukkan adanya hubungan antara junk food dan alergi makanan pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut dipresentasikan dalam seminar kesehatan nutrisi tahunan bernama ESPGHAN Congress 2019 di Glasgow, Skotlandia. Para ilmuwan dari University of Naples Federico II, Italia, menemukan hipotesis ini setelah mengamati 61 anak-anak berusia 6-12 tahun.
Para peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok: penderita alergi makanan, alergi yang terkait pernapasan, dan mereka yang kesehatannya terkontrol.
Hasil studi menunjukkan korelasi yang signifikan antara tingkat subkutan pada advanced glycation end products (AGE) dan konsumsi makanan cepat saji. Yang menarik, anak-anak dengan alergi makanan memiliki tingkat subkutan AGE yang lebih tinggi dibanding mereka yang penderita alergi terkait pernapasan dan yang tidak memiliki alergi sama sekali.
ilustrasi alergi pada anak Foto: Thinkstock
Selain itu, tim peneliti juga menemukan bukti kuat yang berkaitan dengan mekanisme aksi yang ditimbulkan oleh AGE dalam menentukan alergi makanan.
ADVERTISEMENT
AGE sendiri adalah protein atau lipid yang terglikasi setelah terpapar gula dan hadir dalam tingkat tinggi dalam makanan cepat saji, makanan yang mengandung gula, makanan olahan, serta daging panggang atau bakar.
AGE telah lama diketahui memainkan peran dalam pengembangan dan perkembangan berbagai penyakit berbasis oksidatif, salah satunya diabetes, aterosklerosis (pengerasan dan penebalan pembuluh darah koroner akibat endapan lemak), dan gangguan neurologis. Riset ini adalah yang pertama mengungkap adanya hubungan antara AGE dan alergi makanan.
"Sampai saat ini, hipotesis dan model alergi makanan yang ada belum cukup menjelaskan peningkatan dramatis yang diamati dalam beberapa tahun terakhir - jadi makanan (mengandung) AGE mungkin merupakan mata rantai yang hilang," kata Roberto Berni Canani, peneliti utama riset, seperti dikutip The Asian Age.
ADVERTISEMENT
"Studi kami tentu mendukung hipotesis ini, kami sekarang perlu penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasinya. Jika hubungan ini benar, ini akan memperkuat tekanan bagi pemerintah-pemerintah nasional untuk meningkatkan intervensi kesehatan masyarakat dengan membatasi konsumsi makanan cepat saji ke anak-anak."
Selama beberapa dekade terakhir dilaporkan telah terjadi peningkatan drastis dalam konsumsi makanan olahan, yang diketahui mengandung tingkat AGE yang tinggi. Bahkan, tingkat konsumsi makanan olahan disebut mencapai hingga 50 persen dari total asupan harian di negara-negara Eropa.