Riset: Orang Cenderung Cari Pacar Baru yang Mirip Mantannya

16 Juni 2019 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hubungan romantis bisa disebut Relationship Goals Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Hubungan romantis bisa disebut Relationship Goals Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memang sulit untuk "move on" dari mantan pacar. Apalagi kalau masih menaruh sayang. Menurut sebuah riset, orang cenderung mencari pacar baru yang kepribadiannya mirip dengan mantannya itu.
ADVERTISEMENT
Riset itu telah dipublikasi di jurnal PNAS. Dalam riset itu, para peneliti di Jerman menyimpulkan bahwa orang jatuh cinta kepada orang-orang yang punya kepribadian mirip satu sama lain.
Kesimpulan para peneliti dapatkan setelah mempelajari data dari 332 orang Jerman yang ikut dalam studi German Family Panel selama sembilan tahun. Pada studi itu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai kepribadian Big Five, yaitu Extraversion/Introversion (kenyamanan berinteraksi dengan orang lain), Agreeableness (mudah bersepakat), Conscientiousness (berhati-hati), Neuroticism (kecemasan), dan Openness (keterbukaan terhadap hal-hal baru).
Sebagian besar responden adalah orang asli Jerman. Rata-rata usianya adalah 25 tahun. Kebanyakan telah bersama mantannya selama rata-rata tiga tahun 10 bulan.
80 persen di antara mereka tidak menikah. 31 Persen persen responden yang tidak menikah itu hidup bersama dengan mantannya. Para pasangan dan mantan si responden juga diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai kepribadian Big Five itu.
Museum patah hati Foto: Reuters
Data yang para peneliti pelajari menunjukkan adanya kemiripan signifikan dalam kepribadian antara mantan dan pasangan para responden. Menurut periset, ini mungkin menunjukkan adanya suatu tipe orang yang dipilih individu untuk jadi pasangannya.
ADVERTISEMENT
Tapi, riset menemukan hal sebaliknya pada mereka yang cenderung memiliki kepribadian Extraversion/Introversion atau Openness. Kedua tipe kepribadian itu punya kecenderungan lebih rendah memiliki pasangan-pasangan dengan kepribadian sama.
Yoobin Park, salah satu peneliti dalam riset, mengatakan kepada Newsweek bahwa temuan ini tidak mengonfirmasi bahwa orang-orang pasti memilih pasangan yanhg mirip.
"Kami percaya bahwa itu mungkin terjadi. Tapi, kita tidak bisa melupakan kemungkinan bahwa konsistensi memilih pasangan yang kita temukan menggambarkan efek dari lingkungan," jelas Park.
"Simpelnya, dibanding seseorang secara konsisten memilih orang dengan kepribadian Extraversion/Introversion, dia bisa saja dikelilingi oleh orang-orang dengan kepribadian tersebut, dan membuatnya lebih mungkin mendapat pasangan dengan kepribadian itu," sambung dia.
Park berpendapat bahwa aplikasi kencan harusnya memanfaatkan informasi mengenai mantan seseorang dalam algoritmanya. Ini sama dengan yang dilakukan oleh aplikasi musik semacam Spotify yang mempelajari selera musik yang didengarkan penggunannya untuk memprediksi jenis musik mana yang disukai pemakainya itu.
Pria sama rapuhnya dengan wanita ketika patah hati Foto: Thinkstockphotos
"Tapi, kita memerlukan riset lebih lanjut untuk mengetehaui kenapa orang-orang mendapatkan pasangan dengan kepribadian mirip dengan mantannya," tambah Park.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa temuan ini bisa memberi implikasi atas bagaimana orang-orang mengatur hubungan mereka. Menurutnya, dalam tiap hubungan, orang mempelajari strategi untuk bisa akur dengan kepribadian pasangannya.
Jadi, jika pasangan baru seseorang mirip dengan mantannya, maka orang itu hanya perlu menggunakan strategi yang telah mereka ketahui itu.
Tapi, Park menyarankan agar tidak mencari pasangan yang punya perilaku sama dengan mantan karena hal ini tidak melulu positif.
"Ada beberapa studi yang mempelajari individu yang menikahi seseorang dengan kepribadian yang sama dengan mantan pasangannya," kata Park. "Mereka mungkin mengalami rasa frustasi yang lebih parah ketika menghadapi tantangan dalam hubungan. Ini membuat mereka, mungkin, merasa tidak ada harapan karena merasa mengetahui akhir dari hubungan dengan pasangan seperti itu."
ADVERTISEMENT
Anna Machin, antropolog dari Oxford University, memuji riset ini. Menurut Machin, yang tidak terlibat dalam riset, hasil riset ini cukup kuat. Sebab, peneliti juga mempelajari pasangan dan mantan dari para responden.
Meski begitu, Machin mengatakan riset ini masih memiliki kekurangan. Menurutnya, jumlah responden terbilang kecil. Usia para responden masih muda dan mereka berasal dari etnis yang sama.
Machin menjelaskan bahwa kepribadian hanyalah satu aspek dalam kecocokan pasangan. Aspek-aspek, seperti fisik, biologi, psikologi, dan lingkungan juga bisa mempengaruhi pilihan kita dalam mencari pasangan.