Riset: Orang yang Konservatif Paling Banyak Sebarkan Berita Hoaks

12 Januari 2019 16:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Jumat Keramat tuntut kasus hoax Fahri & Fadli (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Jumat Keramat tuntut kasus hoax Fahri & Fadli (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah riset mengungkap temuan baru atas pemilu Amerika Serikat 2016 lalu. Kala itu, orang-orang berusia di atas 65 tahun yang punya pandangan politik ultra konservatif, ternyata tujuh kali lebih sering menyebarkan atau membagikan (share) informasi palsu alias berita hoaks di media sosial dibanding orang-orang yang lebih muda dan punya pandangan politik moderat atau sangat liberal.
ADVERTISEMENT
Hasil temuan mengejutkan para peneliti dari New York University (NYU) dan Princeton University ini telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.
"Meski banyak yang tertarik untuk mempelajari fenomena berita palsu, sangat sedikit yang kita ketahui mengenai siapa yang sebenarnya membagikan berita palsu," kata Joshua Tucker, profesor ilmu politik di NYU sekaligus anggota riset ini.
"Riset ini adalah langkah pertama untuk menjawab pertanyaan itu," ujarnya kepada Eureka Alert.
Ilustrasi Facebook. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
Dalam riset ini para peneliti menemukan ada 8,5 persen dari sekitar 1.300 orang peserta riset, atau satu dari 12 orang yang membagikan berita palsu dari situs-situs mencurigakan di Facebook pada 2016.
Dalam riset ini, para peneliti menggunakan tiga daftar situs-situs palsu yang berbeda, satu daftar dikompilasi oleh media BuzzFeed, dan dua lainnya berasal dari kompilasi yang disusun tim peneliti akademik. Kemudian para peneliti menghitung seberapa sering para peserta riset membagikan berita palsu dari situs-situs tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu mereka mempelajari 897 artikel yang telah dibuktikan palsu atau hoaks dan melihat seberapa sering berita itu dibagikan.
Orang yang sudah sepuh alias lansia
Dari situ, para peneliti menemukan bahwa rata-rata lansia atau orang-orang berusia di atas 65 tahun, ternyata tujuh kali lebih mungkin menyebarkan informasi palsu dibanding mereka yang berusia di antara 18 dan 29 tahun.
Sementara jika dibandingkan dengan orang-orang berusia antara 45 dan 64 tahun, orang-orang berusia di atas 65 tahun dua kali lebih mungkin membagikan berita hoaks, ungkap pemimpin riset Andrew Guess kepada Associated Press.
Jika dibandingkan orang-orang dengan usia antara 30 hingga 44 tahun, orang-orang berusia di atas 65 tahun tiga kali lebih mungkin menyebarkan berita palsu.
ADVERTISEMENT
Tucker menjelaskan dugaan kenapa orang-orang yang berusia lanjut lebih mungkin menyebarkan informasi palsu, adalah akibat kurangnya "literasi digital". Menurut para peneliti, orang-orang yang berusia lanjut mungkin kesulitan membedakan antara hoaks dan fakta di jaringan media sosial.
Orang yang konservatif
Temuan lainnya dalam riset ini adalah orang-orang yang mengaku dirinya sangat konservatif ternyata merupakan yang paling banyak membagikan berita palsu. Orang-orang yang sangat konservatif membagikan berita palsu 6,8 kali lebih sering dibanding orang-orang yang mengaku liberal dan 6,7 kali lebih sering dibanding orang-orang yang mengaku moderat.
Guess menambahkan bahwa orang-orang yang mengaku liberal nyaris tidak pernah membagikan berita hoaks.
Para peneliti mengatakan tidak terkejut dengan temuan bahwa orang-orang konservatif di 2016 lebih banyak menyebarkan informasi palsu. Tapi mereka menekankan bahwa itu bukan berarti orang-orang konservatif lebih mudah tertipu berita hoaks.
ADVERTISEMENT
Temuan ini bisa berarti banyak berita hoaks pro-Trump dan anti-Clinton menyebar di 2016 yang mendorong tingginya jumlah berita hoaks yang disebarkan.
Riset juga menemukan bahwa edukasi, pendapatan, dan gender tidak berhubungan dengan seberapa mungkin seseorang menyebarkan berita hoaks.
Sementara itu, Matthew Baum, profesor ilmu komunikasi dan kebijakan publik di Harvard University, yang tidak terlibat dalam riset, mengatakan ia sependapat dengan hasil riset ini. Tapi, Baum menambahkan bahwa orang-orang yang menyebarikan informasi palsu biasanya untuk menunjukkan identitas partisannya, bukan mengenai fakta dari cerita itu sendiri.
Ia juga menjelaskan orang-orang konservatif lebih banyak menyebarkan informasi hoaks karena mereka lebih ekstrem dan tidak memiliki banyak variasi ideologi.