Riset: Polusi Udara Bisa Menambah Risiko Gangguan Bipolar dan Depresi

22 Agustus 2019 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Polusi udara ternyata tak hanya membahayakan kesehatan tubuh secara fisik, tetapi juga secara mental. Di AS dan Denmark misalnya, polusi udara ternyata juga bisa menjadi penyebab gangguan neurologis sebagian penduduknya.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkap oleh hasil sebuah penelitian terbaru yang telah diterbitkan di jurnal PLOS Biology pada 20 Agustus 2019. Menurut hasil riset tersebut, polusi udara turut berkontribusi meningkatkan risiko gangguan bipolar dan depresi pada penduduk di AS dan Denmark. Temuan ini menambah daftar panjang jenis penyakit yang disebabkan polusi udara selain kanker dan stroke.
Di beberapa county di AS yang memiliki kualitas udara yang buruk misalnya, ditemukan kasus gangguan bipolar yang lebih tinggi 27 persen serta masalah depresi yang lebih tinggi 6 persen jika dibanding wilayah lain yang kualitas udaranya lebih baik. Dalam riset lainnya sebagaimana dilaporkan National Geographic, disebutkan bahwa masyarakat di beberapa negara seperti Inggris, China, dan Korea Selatan juga memiliki masalah kesehatan mental yang cukup serius akibat polusi udara.
Seorang ibu menutupi hidungnya dari polusi udara di jalanan Foto: APexchange
Dalam riset terbaru kali ini, tim peneliti berhasil mengumpulkan informasi dari asuransi kesehatan 151 juta orang yang memiliki masalah kejiwaan di AS dan Denmark. Peneliti lantas mengaitkannya dengan kualitas udara, air, dan permukaan tanah di masing-masing kawasan tempat tinggal orang-orang tersebut.
ADVERTISEMENT
“Temuan ini menguatkan sejumlah bukti dari beberapa penelitian sebelumnya soal kaitan antara polusi udara dengan masalah gangguan kejiwaan,” ujar Ioannis Bakolis, ahli epidemiologi dari King’s College London, menyampaikan pandangannya terkait hasil riset ini, sebagaimana diberitakan Medical Daily. Bakolis sendiri tidak terlibat di dalam riset ini.
Selain terkait dengan gangguan bipolar dan depresi, polusi udara juga dikaitkan dengan penyakit kejiwaan lainnya seperti skizofrenia. Riset ini menemukan bahwa sebagian besar orang yang mengalami masalah kesehatan mental tinggal sejak kecil di kawasan dengan tingkat polusi yang tinggi.
Kondisi Langit Jakarta Ketika Polusi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Tim peneliti menjelaskan, kualitas udara yang buruk berpotensi berkontribusi pada masalah gangguan kejiwaan akibat peradangan pada saluran pernapasan. Peradangan akibat polusi udara ini bisa menyebar ke seluruh tubuh, termasuk juga mempengaruhi fungsi otak.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, para peneliti menyarankan, masih diperlukan lebih banyak penelitian lanjutan untuk membuktikan hubungan antara polusi udara dengan gangguan neurologis ini. Penelitian lanjutan ini perlu dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan mental di masa depan.
“Tak seperti kecenderungan genetik, masalah lingkungan adalah sesuatu yang seharusnya bisa kita ubah,” tegas Andrey Rzhetsky, ahli genetika dari University of Chicago sebagai salah satu peneliti dalam riset ini.