Riset Terbaru Ungkap Rahasia di Balik Kecepatan dan Daya Tahan Komodo

7 Agustus 2019 9:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi komodo. Foto: Niken Nurani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi komodo. Foto: Niken Nurani/kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini sekelompok ilmuwan berhasil menemukan rahasia di balik kecepatan dan daya tahan yang mengesankan dari komodo. Melalui pemetaan genom komodo, para ilmuwan berhasil mengungkap fakta menarik mengenai kekuatan dan kecepatan gerak kadal terbesar di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Komodo memang dikenal lihai dalam memburu dan menaklukkan mangsanya. Hewan bernama latin Varanus komodoensis ini dapat bergerak cepat dalam waktu lama seolah tak mudah kelelahan. Padahal, hewan-hewan yang masuk ke dalam kelompok reptil biasanya mudah lelah jika bergerak cepat, apalagi jika tubuh mereka yang perlu mereka gerakkan berukuran besar.
Namun hal itu tidak terjadi pada komodo, meski ukuran tubuh mereka bisa mencapai tiga meter dan berat mencapai 90 kilogram.
“Komodo jenis predator yang biasa hidup di pulau-pulau terpencil, ukurannya seperti raksasa. Binatang ini memang luar biasa,” kata Benoit Bruneau, Direktur Gladstone Institute of Cardiovascular Disease yang berafiliasi dengan University of California, San Francisco, selaku salah satu peneliti dalam riset ini, sebagaimana dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
“Hewan jenis reptil itu laiknya sebuah taman bermain bagi evolusi. Spesies ini begitu beragam baik dalam ukuran maupun bentuknya serta perilaku dan fisiologinya,” sambungnya.
Ilustrasi komodo. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Dalam riset ini tim peneliti mengurutkan sampel darah dari dua komodo yang menghuni Kebun Binatang Atlanta, yakni bernama Slasher dan Rinca. Para peneliti kemudian menemukan adaptasi genetik yang melibatkan fungsi mitokondria pada dua komodo tersebut.
Mitokondria sendiri salah satu organel sel yang berfungsi sebagai penghasil energi dan tempat berlangsungnya fungsi respirasi, fungsi jantung, serta fungsi otot lainnya. Organel sel tersebut dapat memperkuat kapasitas aerobik Komodo.
Sebagai hewan berdarah dingin, reptil biasanya kurang memiliki kemampuan aerobik sehingga menjadi cepat lelah setelah melakukan aktivitas fisik, tidak seperti mamalia berdarah panas. Komodo, menurut hasil riset ini, dapat dikecualikan dari kelompok reptil tersebut. Sebab, komodo ternyata dapat meningkatkan metabolisme tubuh mereka ke tingkat yang mirip metabolisme mamalia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para peneliti juga menemukan gen pada komodo yang bisa mengendalikan sensor kimia dalam sistem sensorik yang canggih. Hal ini memungkinkan Komodo mampu mendeteksi hormon, unsur kimia tubuh, dan feromon --bahan kimia yang dilepaskan terutama oleh mamalia.
Ilustrasi komodo. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Katherine Pollard, Direktur Gladstone Institute of Data Science & Biotechnology, mengungkapkan adaptasi genetik ini telah membantu komodo untuk menemukan mangsa dari jarak jauh.
Salah satu komponen dari racun komodo untuk menaklukkan mangsa merupakan senyawa antikoagulan yang bisa menyebabkan mangsa mereka mengalami pendarahan hingga mati. Para peneliti menemukan adaptasi genetik pada Komodo ini telah menguntungkan bagi spesies komodo. Sebab, proses koagulasi membuat binatang ini menjadi kebal terhadap racun antikoagulan.
Adaptasi genetik ini berfungsi untuk melindungi diri mereka dari pendarahan yang menyebabkan kematian ketika mereka diserang oleh sesama spesies mereka sendiri. Seekor komodo bisa bertarung dengan komodo lainnya. Mereka bisa bertarung dengan gerakan-gerakan cepat dalam waktu lama. Adaptasi genetik itulah yang membuat mereka bisa memiliki kecepatan dan daya tahan tubuh yang mengesankan.
ADVERTISEMENT