Rizal Ramli Kritik ‘Pandangan Sempit’ Menristekdikti

13 Desember 2017 11:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti Muhammad Nasir. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti Muhammad Nasir. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir sempat mengeluarkan pernyataan yang mengundang berbagai tanggapan. Ia seolah mengatakan suatu temuan haruslah bisa dijual jika ingin dianggap sebagai hasil inovasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada suatu temuan atau inovasi yang dilakukan itu tapi tidak bisa dikomersialisasikan, itu bukan inovasi," katanya sekitar dua bulan lalu di Jakarta.
Pendapat dari Menristekdikti itu rupanya tidak sejalan dengan Rizal Ramli, ahli ekonomi yang juga menaruh perhatian pada dunia sains. Mantan Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia yang pernah kuliah di jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung itu mengkritik pendapat Nasir yang ia sebut sebagai hasil pandangan yang sempit.
"Kalau begitu mah pandangan yang sangat sempit ya. Nggak bisa kalau hanya yang dikomersialisasi bagus-bagus, nggak bisa dong. Riset-riset dasar itu jauh lebih jangka lama," ujar Rizal di kediamannya di Jakarta, Jumat (8/12).
Ia pun kemudian mengambil India sebagai contoh. Menurutnya, India telah menjadi suatu negara yang maju dalam riset tanpa peduli apakah riset tersebut bisa dikomersialisasikan atau tidak.
Rizal Ramli, si penggemar Albert Einstein. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rizal Ramli, si penggemar Albert Einstein. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Saran untuk Pemerintah
ADVERTISEMENT
Untuk terus meningkatkan riset di Tanah Air, Rizal memberikan saran kepada pemerintah untuk membenahi manajemen lembaga-lembaga riset milik negara.
"Manajemen riset tidak bisa seperti manajemen birokrasi. Lembaga riset kita (kalau) dikelola kayak birokrat, nggak mungkin berkembang," kata Rizal.
Ia pun menambahkan kebanyakan lembaga riset kita dikelola secara birokrat dan menggunakan cara-cara evaluasi yang tidak efektif.
Ada contoh lembaga riset di luar negeri yang menurut Rizal patut Indonesia contoh, yakni IDM Research Center di New York, AS. Menurutnya, orang-orang di sana bebas mau melakukan riset apa saja dan tidak ada peraturan ketat terkait sistem jam kerjanya.
"Orang-orang pintar di situ dia mau riset apa, direktur risetnya (bilang), 'Ok go ahead.' Dia nggak atur kapan masuk, kapan mesti kerja," jelas Rizal.
ADVERTISEMENT
Rizal beranggapan ketika seseorang sudah menjadikan sains sebagai gairahnya, orang tersebut akan terus melakukan riset tanpa peduli waktu.