Rumput Laut Pink Bisa Kurangi Pemanasan Global dari Kotoran Sapi

26 Agustus 2019 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Asparagopsis taxiformis. Foto: Jean-Pascal Quod via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Asparagopsis taxiformis. Foto: Jean-Pascal Quod via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Rumput laut berwarna merah muda yang tumbuh di perairan tropis beriklim sedang, ternyata dapat memberi bantuan besar dalam mengurangi gas rumah kaca yang berasal dari kotoran sapi.
ADVERTISEMENT
Para peneliti di Australia sedang mencari cara bagaimana memproduksi ganggang berwarna pink itu secara massal agar bisa dicampur pada pakan sapi. Rumput laut yang bernama ilmiah Asparagopsis taxiformis ini, dalam penelitian selama lima tahun, telah menunjukkan kemampuannya untuk meniadakan pelepasan metana yang dikeluarkan dari kotoran sapi.
"Ketika ditambahkan ke pakan sapi, rumput laut ini sepenuhnya menghancurkan produksi metana. Bahan kimia di dalamnya dapat mengurangi mikroba dalam perut sapi yang menyebabkan mereka bersendawa saat makan rumput," ujar Nick Paul, ahli biologi akuakultur dari University of the Sunshine Coast di Australia, seperti dikutip dari Science Alert.
Paul adalah anggota tim peneliti Australia yang telah menganalisis 20 spesies makroalga tropis yang berbeda-beda sejak 2014. Ia berupaya memilah mana yang paling baik guna mengurangi produksi metana ketika diumpankan ke ternak.
ADVERTISEMENT
Dari kandidat yang diuji, rumput laut jenis Asparagopsis taxiformis adalah yang paling efektif. Tumbuhan ini sanggup menghambat 98,9 persen produksi metana dalam metabolisme hewan setelah 72 jam dikonsumsi.
Perlu diketahui, metana adalah sumber polusi atmosfer yang jauh lebih kecil daripada karbon dioksida (CO2), namun potensi perangkap panasnya membuatnya jauh lebih berbahaya daripada CO2, terutama dalam jangka pendek.
Selama 100 tahun, metana di atmosfer sekitar 28 kali lebih efektif dalam menjebak panas daripada CO2, dan dalam jangka waktu 20 tahun akan menjadi 100 kali lebih buruk.
Dengan potensi perangkap panas semacam itu, hewan ternak ternyata bertanggung jawab atas sekitar 14,5 persen dari semua emisi gas rumah kaca antropogenik, yang 65 persen dari 14,5 persen itu disebabkan oleh sapi. Sehingga, dengan kondisi tersebut, ganggang Asparagopsis taxiformis memiliki peran penting untuk mengurangi pemanasan global di masa depan.
Pekerja memberi makanan sapi di peternakan sapi Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot
Tantangan selanjutnya bagi para ilmuwan ialah mencari cara untuk meningkatkan produksi dan pertumbuhan rumput laut. Sehingga rumput laut atau ekstraksi kimia darinya, dapat menjadi pakan sapi di seluruh Australia, dan dalam jangka panjang dapat disebarkan secara internasional.
ADVERTISEMENT
Asparagopsis taxiformis bukanlah spesies yang berlimpah dan tidak bisa hanya dengan memanennya dari lautan. Jadi, perlu usaha menemukan cara agar rumput laut tersebut dapat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi.
"Rumput laut ini memiliki banyak peminat di seluruh dunia, terutama bagi peternak demi memastikan sapi-sapi sehat, memiliki daging dan susu berkualitas," kata Paul.
Paul dan timnya kini sedang berupaya menemukan kondisi pertumbuhan optimal bagi rumput laut. Dengan cara mempelajari pertumbuhan mereka dari tangki akuakultur besar di luar ruangan, serta menyelidiki cara memaksimalkan konsentrasi senyawa kimia aktif rumput laut.