Sampel Senjata Pemusnah Massal Hilang di AS

6 Mei 2018 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ledakan nuklir (Foto: Giphy)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ledakan nuklir (Foto: Giphy)
ADVERTISEMENT
Senjata pembunuh massal merupakan ancaman untuk umat manusia. Banyak kehidupan yang bisa hilang dalam sekejap apabila ada pihak yang menggunakannya untuk membantai manusia, termasuk makhluk hidup lain yang terkena dampaknya.
ADVERTISEMENT
Senjata ini diketahui memiliki kandungan plutonium di dalamnya. Bom 'Fat Man' yang dijatuhkan di Nagasaki, Jepang, pada tahun 1945 silam misalnya mengandung plutonium di dalam inti bomnya. Plutonium memang menjadi salah satu bahan untuk membuat bom nuklir.
Plutonium hanya bisa diciptakan lewat reaktor nuklir, yang membuat setiap sampelnya sangat diperhatikan dalam didokumentasikan dan dikontrol untuk memastikan sampel itu tidak jatuh ke tangan orang yang salah.
Dan menurut laporan Science Alert, sampel senjata pemusnah massal dalam jumlah sedikit hilang dari Universitas Negara Bagian Idaho, AS.
Sampel yang hilang itu terbilang sangat sedikit, hanya 1 gram dari plutonium-239.
Menurut Komisi Regulator Nuklir (Nuclear Regulatory Commission/NRC), sampel plutonium yang diberi nama AP-237 itu terakhir kali dicatat datanya di universitas tersebut pada tahun 2004. Jadi, hilangnya sampel ini bisa terjadi antara periode tahun 2004 hingga baru disadari hilangnya sedikit sampel itu pada Oktober 2017.
Sampel plutonium. (Foto: U.S. Department of Energy)
zoom-in-whitePerbesar
Sampel plutonium. (Foto: U.S. Department of Energy)
Sampel plutonium tersebut digunakan peneliti di Universitas Idaho untuk mengukur terpaan radiasi.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, staf dari universitas telah menyadari adanya pemisahan dalam sampel ini pada 2004, yang kemudian membuatnya menyegel sampel plutonium itu dengan pelindung dan siap dibuang.
Setelahnya, data sampel itu dihapus dari database resmi material nuklir, tapi tidak ada yang mencatat ke mana perginya.
"Sayangnya, karena sedikit sekali rekam jejak sejarah untuk mendemonstrasikan pembuangan pada tahun 2003, sumber untuk menjawab pertanyaan ini sulit ditemukan," ujar Cornelis Van der Schyf, Vice President of Research, di Universitas Idaho, kepada Associated Press.
Akibat ketidakjelasan itu, muncul dugaan sampel tersebut bergabung dengan kawasan pembuangan limbah radioaktif.
Akibat hilangnya sampel tersebut, Universitas Idaho pun kena denda sebesar 8.500 dolar AS. Dan ternyata, universitas tersebut masih memiliki 13 gram lagi sampel plutonium yang akan diberikan kepada NRC.
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya, meski sampel plutonium itu jatuh di tangan orang yang salah, material itu tidak akan cukup untuk membuat bom nuklir secara penuh. Walau memang masih bisa dipakai untuk membuat bom.