news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sandiaga Uno Doyan Lari, Runner’s High Bisa Jadi Adalah Penyebabnya

22 Februari 2018 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiaga Uno lari pagi di SUGBK. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno lari pagi di SUGBK. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Saat ini, olahraga lari merupakan olahraga populer yang digemari banyak orang, salah satunya Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
ADVERTISEMENT
Selain karena lari baik untuk kesehatan jantung, dapat menurunkan berat badan, dan terbilang murah karena kamu tidak memerlukan biaya khusus, ternyata lari memang bisa membuat otakmu ketagihan.
Bagi mereka yang sudah lama melakukan olahraga lari, mereka akan mengalami apa yang disebut sebagai “runner’s high”, yaitu perasaan bahagia yang dirasakan setelah berolahraga.
Perasaan inilah yang membuat banyak orang ketagihan untuk melakukan jogging alias olahraga lari. Dan sangat mungkin, Sandi juga sudah mengalami perasaan ini jika ia memang sudah ketagihan lari.
Tapi sebenarnya apa yang menyebabkan munculnya runner’s high?
lari pagi memiliki segudang manfaat (Foto: Curtis Mac Newton/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
lari pagi memiliki segudang manfaat (Foto: Curtis Mac Newton/Unsplash)
Menurut studi yang dilakukan pada tahun 2008, perasaan bahagia yang dirasakan setelah melakukan jogging selama dua jam adalah karena adanya peningkatan pelepasan endorfin. Hormon ini membuat kita merasa bahagia.
ADVERTISEMENT
Namun, Dr. Scott Weiss pelatih atletik bersertifikat dan ahli terapi fisik berlisensi di kota New York, mengatakan kepada Medical Daily bahwa pemikiran tersebut mungkin sudah berubah.
Endorfin memiliki bentuk molekul yang besar, dan molekul seperti ini sulit untuk melewati sawar darah otak, membran pemisah sirkulasi darah dari cairan ekstraseluler otak untuk melindungi otak dari zat asing yang bisa berbahaya.
Karena itu, bila ada pelepasan endorfin, mereka menemukannya di bagian leher ke bawah, bukan di otak maupun di sumsum tulang belakang, kata Weiss. Hal ini masuk akal karena endorfin dilepaskan dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak.
Lari 400 meter putra di test event Asian Games. (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Lari 400 meter putra di test event Asian Games. (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)
Menurut Weiss, penyebab runner’s high adalah endocannabinoid (EC), molekul yang berukuran lebih kecil. Ia menjelaskan, EC adalah lemak yang hampir mirip dengan cannabinoid yang ditemukan dalam ganja.
ADVERTISEMENT
“Ketika EC dilepaskan bersama dengan enzim lain (ketika berolahraga) dan bisa melewati sawar, karena itu kita merasakan runner’s high,” kata Weiss.
Meskipun perasaan ‘melayang’ atau mengalami perasaan bahagia itu bukan hanya dirasakan oleh mereka yang melakukan olahraga lari, namun efek seperti ini tidak akan dirasakan ketika melakukan oleh olahraga seperti squat ataupun push up.
Untuk merasakannya, seseorang harus melakukan olahraga dengan durasi yang lama. Misalnya, para pelari yang ingin merasakan runner’s high harus melakukan lari jarak jauh, termasuk maraton.
Ilustrasi olahraga lari (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi olahraga lari (Foto: pixabay)
Manfaat Runner’s High
Peneliti dari University of Iowa mengatakan runner’s high dapat membuat jantung lebih sehat, karena setelah membandingkan tikus yang sering berolahraga dan tidak, tikus yang sering berolahraga memiliki kemungkinan untuk memiliki jantung rusak lebih kecil daripada yang tidak berolahraga.
ADVERTISEMENT
Weiss mengatakan, runner’s high juga terbukti meningkatkan kekuatan dan meningkatkan VO2max. VO2max adalah ukuran maksimum dari volume oksigen yang digunakan oleh para atlet.
Bila seseorang bisa berlari sejauh 5 kilometer satu menit lebih cepat dari orang lain, hal itu dikarenakan ia memiliki VO2max lebih tinggi.
“Ketika kamu mulai berolahraga, kamu tidak begitu merasa ‘melayang’,” kata Weiss, Tubuhmu merasa kamu belum mendorong dirimu untuk berolahraga lebih keras dalam durasi lebih lama.
Peserta lari half marathon di Kudus. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta lari half marathon di Kudus. (Foto: Dok. Istimewa)
Para pelari tidak bisa mencapai runner’s high dalam waktu cepat dan secara instan. Bila hal ini belum mereka rasakan, mungkin karena mereka memang belum berolahraga dengan cukup. Dan bila itu mereka rasakan, maka itu akan terjadi begitu saja.
Weiss berharap akan lebih banyak penelitian pada fenomena runner’s high ini sehingga peneliti bisa lebih memahami apa yang terjadi ketika seseorang sedang berlari.
ADVERTISEMENT