Satelit Finlandia Memotret Wujud Baru Anak Krakatau Setelah Longsor

13 Januari 2019 9:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud baru Gunung Anak Krakatau yang didokumentasikan satelit Finlandia, ICEYE-X2 (Foto: ICEYE-X2/Finlandia)
zoom-in-whitePerbesar
Wujud baru Gunung Anak Krakatau yang didokumentasikan satelit Finlandia, ICEYE-X2 (Foto: ICEYE-X2/Finlandia)
ADVERTISEMENT
Wujud baru Gunung Anak Krakatau menarik perhatian banyak pihak. Sejumlah dokumentasi bertebaran beberapa hari terakhir sebagai upaya memantau perkembangan gunung tersebut, dan yang terkini adalah rekaman dari satelit ruang angkasa Finlandia.
ADVERTISEMENT
Satelit kecil inovatif dari Finlandia yang diberi nama ICEYE-X2, berhasil mendokumentasikan wujud baru Anak Krakatau pada 9 Januari 2019. Pesawat ini merekam siang dan malam, dan ia memiliki kemampuan dalam menembus awan tebal.
Satelit mencatat bagian Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya hancur karena longsor telah muncul kembali ke permukaan laut. Para peneliti menegaskan gunung api ini terus berevolusi.
Foto Gunung Anak Krakatau dari satelit ICEYE-X2 milik Finlandia. (Foto: ICEYE-X2/Finlandia)
zoom-in-whitePerbesar
Foto Gunung Anak Krakatau dari satelit ICEYE-X2 milik Finlandia. (Foto: ICEYE-X2/Finlandia)
Gambaran serupa juga ditangkap oleh citra satelit TerraSAR-X yang dioperasikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Menurut Profesor Andy Hooper dari Universitas Leeds, Inggris, segala gambar yang diambil dari satelit ini menunjukkan Gunung Anak Krakatau terus berada di masa pembangunannya lagi. Dia berkata kepada BBC, kawah Anak Krakatau saat ini tidak lagi terhubung ke laut seperti pada sepekan yang lalu.
ADVERTISEMENT
Anak Krakatau mengalami erupsi pada 22 Desember 2019, pukul 20.56 WIB. Erupsi itu memicu longsor pada bagian barat - barat daya Gunung Anak Krakatau dan akhirnya memicu terjadinya tsunami di pantai sekitar Selat Sunda. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 400 orang dan mengakibatkan lebih dari 1.000 orang luka-luka disebabkan oleh longsornya bagian barat - barat daya Anak Krakatau ini.
Tampak Gunung Anak Krakatau yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Tampak Gunung Anak Krakatau yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
Pada 29 Desember, terlihat jelas citra satelit menangkap ada bagian Anak Krakatau yang hancur setelah erupsi. Dari sini juga terpantau ketinggian Anak Krakatau turun drastis dari 340 meter menjadi hanya 110 meter setelah erupsi.
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Muhammad Priyatna, berkata perubahan penampakan Gunung Anak Krakatau pada Januari ini memang menunjukkan kemunculan kembali bagian barat – barat daya Anak Krakatau tersebut. Timnya masih melakukan proses analisis untuk mengetahui detailnya.
ADVERTISEMENT
“Masih perlu dilakukan analisa dan pengamatan secara detail. Soal hal ini kami masih bekerja sama dengan tim lintas instansi yang dikoordinasikan oleh Kemenko Maritim,” kata Priyatna saat dihubungi oleh kumparanSAINS pada Jumat (11/1).
Para ilmuwan memang sangat bergantung pada citra satelit untuk memahami apa yang terjadi dengan Anak Krakatau. Pemerintah masih menetapkan status Siaga 3 pada Anak Krakatau, sehingga masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati gunung dalam radius 5 kilometer dari kawah.