news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Satu Lagi Hewan Punah di Awal 2019: Siput Pohon Hawaii

11 Januari 2019 11:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
George, siput pohon Hawaii terakhir di dunia, mati saat hari tahun baru 2019 di usia 14 tahun. (Foto: Hawaii Department of Land and Natural Resource)
zoom-in-whitePerbesar
George, siput pohon Hawaii terakhir di dunia, mati saat hari tahun baru 2019 di usia 14 tahun. (Foto: Hawaii Department of Land and Natural Resource)
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 diwarnai dengan kabar punahnya beberapa jenis hewan yang ada di Bumi ini. Salah satu hewan yang dinyatakan punah adalah burung beo biru asal Amerika Selatan, Spix’s Macaw. Burung trulek Jawa asal Indonesia juga diduga telah punah pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Badak putih utara jantan terakhir yang hidup di dunia, bernama Sudan, pun mati di tahun 2018. Kini yang masih hidup di dunia hanya dua ekor badak putih utara betina.
Cougar timur, kucing liar besar yang hidup di hutan, pegunungan, dan padang rumput di timur laut Amerika Utara, juga dinyatakan telah punah oleh pemerintah AS, melalui U.S. Fish and Wildlife Service, pada Januari 2018.
Baru saja memasuki tahun 2019, ada satu lagi jenis hewan yang dinyatakan punah.
George, nama seekor siput pohon Hawaii yang memiliki nama ilmiah Achatinella apexfulva, akhirnya mati pada saat tahun baru 2019 di usia 14 tahun. Hal ini diungkapkan oleh Hawaii Department of Land and Natural Resource (DLNR). Dia adalah siput pohon Hawaii terakhir yang tersisa di dunia.
ADVERTISEMENT
George sebenarnya adalah siput hermafrodit, namun ia tetap membutuhkan pasangan untuk berkembangbiak.
“Tahun 1997, 10 ekor Achatinella apexfulva terakhir dibawa ke laboratorium di University of Hawaii untuk dipelihara,” tulis akun Hawaii DLNR di Facebook.
“Ada beberapa anak siput yang lahir, tapi mereka mati satu persatu tanpa alasan yang jelas. Semua siput mati kecuali satu yang tersisa. Siput itu adalah George.”
David Sischo, koordinator pencegahan kepunahan siput dari Hawaii Invertebrate Program, mengatakan kepada Science Alert, keberadaan siput pohon Hawaii pertama kali ditulis tahun 1780. Hingga abad ke 19, jumlah siput melimpah di Hawaii, bahkan 10.000 siput bisa dikumpulkan setiap hari.
Dan siput bukanlah hewan tanpa guna. Siput membantu dekomposisi tanaman dan memakan jamur di pohon sehingga pohon terlindungi dari penyakit.
ADVERTISEMENT
Jumlah siput mulai menurun sejak memasuki tahun 1900-an. Hal ini dikarenakan orang-orang Eropa yang mengoleksi siput. Belum lagi, di tahun 1955, siput berjenis rosy wolfsnail dibawa ke Hawaii untuk mengendalikan populasi siput darat Afrika yang merupakan siput invasif (spesies yang bukan spesies asli setempat, namun keberadaannya membawa pengaruh pada lingkungan). Sayangnya, bukan hanya siput darat Afrika, siput lokal seperti siput pohon pun ikut dimakan.
Siput rosy wolfsnail (Foto: Dylan Parker via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Siput rosy wolfsnail (Foto: Dylan Parker via Wikimedia Commons)
Ahli biologi dari University of Hawaii, Michael G Hadfield mengatakan wolfsnail menyebabkan kematian sepertiga populasi siput pohon Hawaii.
Menurut David Sischo, saat ini ada ribuan siput asli Hawaii lain yang hidup di Hawaii Invertebrate Program dan beberapa jenis sudah dikembalikan ke wilayah hutan yang terpencil dengan harapan siput-siput ini tidak akan terganggu oleh manusia ataupun wolfsnail.
Siput rosy wolfsnail (Foto: Scot Nelson/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Siput rosy wolfsnail (Foto: Scot Nelson/Flickr)
ADVERTISEMENT