Sembelit Bikin Seorang Pria di Australia Nyaris Kehilangan Nyawa

25 Juni 2018 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sakit perut. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sakit perut. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pria di Australia terpaksa harus dibawa ke meja operasi setelah ia mengalami konstipasi alias sembelit yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan di kakinya.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan para dokter yang dipublikasikan di BMJ Case Report, dijelaskan bahwa pria berusia 53 tahun yang tidak disebutkan namanya itu mendatangi ruang gawat darurat dengan keluhan sakit perut, pembengkakan perut, dan rasa mual yang terus terjadi selama tiga hari.
Pria tersebut juga mengalami rasa sakit di kaki kanan, yang selama 24 jam terakhir tidak dapat digerakkan. Kaki kanan itu juga tidak menunjukkan adanya denyut nadi dan dingin saat disentuh.
Dari rekam medisnya ditemukan bahwa ia tidak pernah menggunakan obat-obatan dan juga tidak ada riwayat penyakit vaskular dan penyakit berbahaya lainnya.
Ternyata menurut laporan tim dokter yang dilansir IFL Science, rasa sakit serta kelumpuhan yang pria ini alami akibat konstipasi.
ADVERTISEMENT
Dalam pemeriksaan rektal ditemukan bahwa ada tinja yang menumpuk. Selain itu, dalam pemindaian di bagian perutnya juga ditemukan ia menderita sindrom kompartemen perut yang menyebabkan peningkatan tekanan di bagian tersebut.
Hasil pemeriksaan perut pasien. (Foto: BMJ Case Reports)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil pemeriksaan perut pasien. (Foto: BMJ Case Reports)
Hasil pemindaian menunjukkan bahwa tinja pria itu telah membuat usus besarnya membengkak dan membuat terjadinya tekanan pada arteri iliaka. Tekanan inilah yang menyebabkan kelumpuhan serta rasa sakit di kaki pria tersebut.
Pria itu juga menunjukkan adanya gangguan ginjal dan asidosis metabolik, kondisi ginjal berhenti membuang asam dari tubuh. Kondisi inilah yang membuat para dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi terhadap pria tersebut.
"Sebuah prosedur pengangkatan feses dilakukan secara manual dengan pasien berada dalam pengaruh anestesi normal, dan kurang lebih dua liter feses berhasil diangkat," ujar tim dokter dalam studi kasus ini.
ADVERTISEMENT
Setelah fesesnya diangkat, pria tersebut diberikan obat penghilang konstipasi. Empat hari setelah operasi ia pun boleh meninggalkan unit ICU, dan 13 hari kemudian barulah ia bisa berjalan lagi.
Para dokter sendiri tidak mengetahui secara pasti bagaimana si pria ini mengalami konstipasi hingga nyaris kehilangan nyawanya. Konstipasi dalam skala ini sangatlah berbahaya.
Sebelumnya pada 2015, seorang remaja perempuan yang memiliki fobia toilet meninggal setelah tidak buang air besar selama delapan minggu. Penumpukan kotoran menyebabkan terjadinya tekanan pada rongga dadanya yang kemudian menyebabkan remaja tersebut meninggal akibat serangan jantung.