news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seorang Bayi Berhasil Lahir dari Perempuan 'Tanpa Rahim'

5 Desember 2018 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rahim. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rahim. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan asal Brasil terlahir tanpa rahim. Di usia ke-32 tahun, ia menjadi orang pertama dengan kondisi tersebut yang berhasil melahirkan seorang bayi hidup.
ADVERTISEMENT
Semua itu berkat transplantasi rahim yang ia dapatkan dari seorang pendonor yang telah meninggal dunia.
The Independent melaporkan bahwa perempuan yang tidak disebutkan namanya itu berhasil melahirkan seorang bayi perempuan seberat 2,7 kilogram. Kesuksesan ini, yang telah dipublikasikan dalam laporan di jurnal Lancet, merupakan sebuah pencapaian spesial di bidang pengobatan kesuburan.
Pasalnya banyak ahli yang mulai meragukan keampuhan metode transplantasi rahim dari seorang pendonor yang telah meninggal, setelah sebelumnya terjadi 10 kali kegagalan.
Metode tersebut bergantung pada usaha menjaga organ tetap berfungsi setelah kematian si pendonor. Dalam kasus ini, tim dokter berhasil melakukan transplantasi rahim pada si perempuan, setelah organ itu berada dalam kondisi tanpa suplai oksigen selama delapan jam.
Ilustrasi operasi medis. (Foto: Vidal Balielo Jr. via Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi operasi medis. (Foto: Vidal Balielo Jr. via Pexels)
Dr. Dani Ejzenberg dari Hospital das Clinicas University of Sao Paulo yang memimpin tim dokter mengatakan bahwa kesuksesan ini memberikan harapan bagi para perempuan dengan kondisi infertilitas uterus, yang sebelumnya hanya memiliki pilihan adopsi atau surogasi untuk bisa menjadi ibu.
ADVERTISEMENT
"Transplantasi rahim pertama dari pendonor hidup adalah suatu pencapaian medis luar biasa yang menciptakan kemungkinan bagi para perempuan infertil dengan akses kepada pendonor serta fasilitas medis yang tepat untuk bisa hamil dan melahirkan," kata Ejzenberg.
"Namun, kelangkaan pendonor hidup menjadi batasan, karena biasanya yang bersedia adalah anggota keluarga atau teman dekat. Sementara jumlah orang yang bersedia dan berkomitmen untuk mendonasikan organnya setelah meninggal jauh lebih besar dibanding pendonor hidup. Hal ini memberi kita suatu populasi pendonor yang jauh lebih luas," jelas Ejzenberg.
Di samping itu, menggunakan organ dari pendonor yang sudah meninggal akan menekan biaya dan menghilangkan risiko kesehatan pada pendonor yang masih hidup.
Bayi Dibolehkan Mendapat Susu Formula bia Ada Kondisi Darurat  (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi Dibolehkan Mendapat Susu Formula bia Ada Kondisi Darurat (Foto: Pexels)
Dalam kasus ini perempuan tersebut menderita sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser, kondisi di mana ada bagian sistem reproduksinya, dalam hal ini adalah rahimnya, yang tidak berkembang meski si perempuan memiliki indung telur dan menjalani masa pubertas normal.
ADVERTISEMENT
Operasi transplantasi pada perempuan di Brasil itu sendiri terjadi pada September 2016 setelah pendonornya meninggal akibat pendarahan otak di usia 45 tahun. Operasi berjalan selama 10 jam lebih.
Setelah transplantasi, perempuan itu mulai mengalami datang bulan secara teratur. Setelah tujuh bulan, lapisan rahim yang ia terima telah jadi cukup tebal untuk bisa menjalani transplantasi sel telur yang telah dibuahi.
Menurut laporan, kehamilan si perempuan berjalan lancar. Hanya saja, ia perlu menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi ginjal yang risiko terjadinya semakin tinggi karena sistem imunnya melawan obat yang digunakan untuk mencegah penolakan organ.
Bayi perempuan itu lahir pada usia kehamilan 35 minggu dengan bantuan operasi caesar. Setelah persalinan, rahim si ibu diangkat dan dia tak perlu lagi mengonsumsi obat imunosupresan.
ADVERTISEMENT