news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seperti Apa Aroma dari Buku Tua?

3 September 2017 11:28 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aroma buku tua (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Aroma buku tua (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Seperti apa aroma dari sebuah buku? Buku-buku yang baru dicetak mungkin menguarkan aroma kertas dan tinta. Namun buku-buku yang lebih tua memiliki aroma seperti bunga mawar yang manis. Aroma itu masuk ke rongga hidung para pencinta buku dan bertahan lama di sana.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang yang menghirupnya, aroma buku-buku tua itu mengingatkan mereka pada cokelat. Setidaknya begitulah yang tertulis dalam hasil penelitian yang dipublikasikan di Heritage Science pada April 2017.
Para peneliti di University College London’s Institute for Sustainable Heritage yang menulis makalah ilmiah tersebut, melakukan penelitian dengan cara memeriksa aroma buku-buku dan perpustakaan-perpustakaan. Mereka kemudian membuat skema klasifikasi yang dapat membantu untuk mengkarakterisasikan aroma buku-buku tua itu.
Penelitian itu bermula sejak beberapa tahun lalu ketika seorang ahli kimia bernama Matija Strlič melihat beberapa konservator buku sedang meneliti sejumlah buku. Konservator sendiri adalah profesi bagi orang-orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan, pemugaran, dan perbaikan benda-benda bersejarah, di antaranya adalah perpustakaan dan buku.
ADVERTISEMENT
Strlič melihat para konservator buku itu tampak berhenti senjenak dari pekerjaan mereka. Mereka tampak sedang menciumi aroma beberapa halaman dari buku-buku yang sedang mereka pelajari.
Ketika Strlič bertanya mengapa mereka melakukan hal tersebut, para konservator buku itu mengatakan mereka tahu banyak mengenai jenis material yang digunakan dalam buku-buku itu berdasarkan aromanya. Strlič --yang juga dilatih sebagai konservator-- sangat tertarik dengan hal tersebut. Ia kemudian mulai mencari cara untuk menguantifikasikan aroma-aroma tersebut.
"Saya pikir, kita pasti bisa mengembangkan beberapa teknik ilmiah yang lebih akurat dibanding hidung manusia," ujar Strlič, sebagaimana dikutip dari Pop Science.
Ilustrasi buku tua (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku tua (Foto: Pixabay)
Material-material seperti buku sering melepaskan sejumlah kecil senyawa organik volatil ke udara. Hidung manusia menangkap senyawa kimiawi tersebut dan otak kemudian menafsirkannya sebagai bau.
ADVERTISEMENT
Senyawa tersebut selama ini juga dapat dideteksi oleh sensor --sejenis sensor mekanis yang sama yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendus obat terlarang atau bahan peledak. Tapi dalam kasus ini, para peneliti menggunakan sensor semacam itu untuk mendeteksi komposisi kimia dari aroma buku-buku yang sangat tua.
Setelah mengambil sampel dan menjalankannya melalui teknik kromatografi gas atau spektrometerimilasi massa, Strlič dan rekan-rekannya akhirnya dapat mengidentifikasi komponen-komponen aroma utama dari buku-buku tua tersebut.
Strlič yang bermitra dengan ilmuwan benda peninggalan kuno Cecilia Bembibre tidak hanya meneliti jejak kimiawi buku-buku tua tersebut, tapi juga meneliti bagaimana aroma buku-buku tua itu mempengaruhi orang-orang yang menciumnya.
Mereka melakukan tes bau tanpa label kepada beberapa pengunjung Museum dan Galeri Seni Birmingham di Inggris. Berdasarkan hasil tes inilah sebagian besar dari 70 orang yang dites mengatakan bahwa buku-buku tua yang mereka cium itu memiliki aroma seperti cokelat.
ADVERTISEMENT
Jawaban para pengunjung itu, rupanya, tidaklah mengejutkan para peneliti.
"Anda cenderung menggunakan asosiasi yang sudah dikenal untuk mendeskripsikan aroma-aroma tertentu ketika aroma-aroma itu tidak diberi label," jelas Bembibre.
"Dan juga, senyawa organik dari cokelat dan kopi nampaknya sangat mirip dengan buku," imbuhnya.
Ilustrasi buku-buku tua (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku-buku tua (Foto: Pixabay)
Bembibre juga menguji apa yang orang pikirkan terkait bau perpustakaan di Katedral St. Paul, London, tempat para peneliti mengumpulkan banyak sampel senyawa organik volatil.
Bau perpustakaan itu secara keseluruhan digambarkan oleh para peserta tes bau sebagai aroma kayu dan asap, alih-alih aroma cokelat. Jawaban itu mereka sebutkan mungkin karena mereka melihat perpustakaan itu sebagai sebuah lingkungan kayu yang megah.
Tes bau terhadap perpustakaan itu dilakukan karena suatu alasan. Yakni, bau di perpustakaan itu sangat terkenal sehingga sering disebutkan dalam buku tamu perpustakaan sehingga kurator perpustakaan tersebut bersikeras metode konservasi apa pun dilakukan terhadap perpustakaan itu, haruslah tetap menjaga aroma yang unik dari perpustakaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Indera penciuman kita sangat dekat dengan pusat memori di dalam otak manusia, dan oleh karena itu kita sangat sering mengaitkan kenangan dengan aroma tertentu dengan sangat kuat," kata Strlič. “Inilah salah satu alasan mengapa aroma memainkan peran penting dalam bagaimana kita menerima benda peninggalan."
Strlič dan para kolega berharap hasil penelitian mereka dapat menunjukkan orang-orang yang terlibat dalam konservasi dan pekerjaan sejarah lainnya bagaimana aroma bisa berkontribusi pada pengalaman pengunjung tempat-tempat tua dan bersejarah.
"Saya pikir kita dapat menjumpai pengalaman multi-sensorik di museum atau galeri di masa depan," kata Strlič.
Ada rencana untuk memperluas penelitian aroma di luar buku-buku untuk mencari tahu aroma objek-objek bersejarah yang ingin dikonservasi lainnya, serta untuk mengumpulkan saran terkait aroma apa saja yang ingin dilindungi masyarakat agar di masa depan aroma benda-benda atau bangunan-bangunan itu masih sama seperti hari ini.
ADVERTISEMENT
"Sebagai masyarakat yang hidup pada saat ini, aroma apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita?" ucap Bembibre.