Setelah 17 Hari, Induk Paus Orca Akhirnya Relakan Kematian Bayinya

14 Agustus 2018 11:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto 25 Juli 2018, paus orca J-35 membawa bayinya yang telah mati dengan dahi. (Foto: Ken Balcomb/Centre for Whale Research)
zoom-in-whitePerbesar
Foto 25 Juli 2018, paus orca J-35 membawa bayinya yang telah mati dengan dahi. (Foto: Ken Balcomb/Centre for Whale Research)
ADVERTISEMENT
Setelah selama 17 hari berturut-turut membawa tubuh bayinya yang telah mati berenang ke mana saja, akhirnya Tahlequah atau induk paus orca dengan julukan J35 merelakan kepergian bayinya untuk selamanya.
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu (11/8), J35 terlihat berenang mengejar sekelompok ikan salmon di sekitar pantai British Columbia bersama kelompoknya. Yang melegakan adalah untuk pertama kali dalam lebih dari dua minggu J35 terlihat berenang tanpa bayinya yang sudah mati.
Menurut laporan Science Alert, J35 memecahkan rekor berkabung paus orca dengan membawa tubuh bayinya sejauh sekitar 1.600 kilometer.
"Perjalanan dukanya sekarang telah selesai dan sekarang ia kembali terlihat lincah," ujar peneliti dari Centre for Whale Research.
"Dua hari lalu telah ada laporan oleh pengawas paus di Selat Georgia, dekat Vancouver, yang mengatakan bahwa J35 tidak lagi membawa tubuh mati bayinya. Dan sekarang kita bisa mengonfirmasi bahwa J35 akhirnya telah meninggalkan bayinya," tambah mereka.
Induk paus orca masih mendorong-dorong tubuh mati bayinya. (Foto: Michael Weiss/Center for Whale Research via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Induk paus orca masih mendorong-dorong tubuh mati bayinya. (Foto: Michael Weiss/Center for Whale Research via AP)
Para peneliti menduga tubuh bayi tersebut tenggelam di daerah Laut Salish yang dalam. Belum diketahui apakah para peneliti bisa menemukan tubuh tersebut dan menginvestigasi penyebab kematian si bayi paus orca.
ADVERTISEMENT
Selama ini para induk paus orca memang dikenal senang melakukan "ritual" untuk mendorong tubuh mati bayi mereka. Namun ini adalah pertama kalinya kejadian menyayat hati ini terjadi hingga berminggu-minggu.
"Jika Anda adalah paus atau lumba-lumba, artinya Anda harus menyelam ke bawah laut dan mengangkat tubuh mati itu ke permukaan dengan kepala, menahan napas Anda saat mengangkat tubuh itu dan menjatuhkannya lagi saat di permukaan karena Anda harus mengambil napas lagi," jelas ahli biologi paus orca dari University of Washington, Deborah Giles, kepada The Washington Post.
"Ini nyata dan itulah yang terjadi. Ini adalah seekor hewan yang berkabung atas kematian bayinya, dan dia tidak ingin melepaskannya. Dia belum siap," kata Giles.
ADVERTISEMENT
Selain berdampak pada emosi induk paus orca, ritual berkabung ini juga memiliki bahaya terhadap fisiknya. Namun menurut laporan Centre for Whale Research, J35 berada pada kondisi fisik yang baik.
Kejadian menyedihkan ini membawa kita pada realitas menyedihkan kondisi paus orca. 75 persen bayi paus orca dalam populasi paus orca di barat laut Samudra Pasifik gagal hidup hingga dewasa. Bahkan anak dari J35, jika ia tetap hidup, adalah bayi pertama yang lahir dalam tiga tahun terakhir.
Para peneliti mengatakan hal ini adalah akibat kurangnya keberadaan ikan salmon yang cukup bagi kawanan paus orca di daerah tersebut. Untungnya telah dilakukan langkah-langkah untuk mengembalikan keberadaan salmon lokal dan populasi paus orca di sana.
ADVERTISEMENT
Saat ini untuk sementara kita bisa bernapas lega atas kondisi induk paus orca yang baru kehilangan bayinya itu. "J35 dan kelompok paus J pod-nya bermain-main di dekat jendela saya hari ini. Ia terlihat segar dan juga sehat," kata pendiri Centre for Whale Research, Ken Balcomb, kepada The Seattle Times.
"Ritualnya membawa bayi matinya selama 17 hari terakhir dan sejauh 1.000 mil (sekitar 1.600 kilometer) akhirnya berakhir, puji Tuhan."