Setelah 'Salju Hitam', Kini Muncul 'Salju Hijau' di Rusia

27 Februari 2019 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salju berwarna hijau di Rusia Foto: RIA New Day/YouTube
zoom-in-whitePerbesar
Salju berwarna hijau di Rusia Foto: RIA New Day/YouTube
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian turunnya “salju hitam” di daratan Kota Kuzbass, sekarang muncul “salju hijau” di Kota Pervouralsk, Rusia. Kedua fenomena di Februari 2019 ini punya sumber serupa, yaitu akibat ulah manusia mencemarkan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Bedanya, jika salju hitam sebelumnya disebabkan debu batu bara hitam beracun, salju hijau kali ini diduga akibat pelepasan zat kimia dari suatu pabrik krom di Pervouralsk. Memang ada sebuah pabrik krom di kota yang punya populasi sekitar 125 ribu orang itu.
Kepada media lokal, pihak pabrik menolak anggapan bahwa salju hijau ini berbahaya bagi penduduk. "Ini adalah situasi biasa bagi penduduk yang seharusnya tidak menyebabkan kekhawatiran," ujar Vsevolod Oreshkin, juru bicara pabrik tersebut, sebagaimana dikutip IFL Science.
"Salju ini tidak membahayakan hidup atau kesehatan orang dewasa maupun anak-anak. Ini adalah Pervouralsk. Ada banyak perusahaan industri di sini. Jika kita mengambil sampel salju dari manapun di sini, kita akan melihat banyak zat berbahaya," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Para penduduk Pervouralsk tak setuju dengan pernyataan Oreshkin. Kepada media lokal mereka mengatakan bahwa banyak anak mulai sakit ketika salju hijau mulai muncul.
"Anak-anak menjadi sakit, mereka batuk-batuk dan kulitnya jadi kemerahan, selain itu muncul ruam di wajah mereka. Ini semua setelah berjalan dekat salju hijau kekuningan yang mulai muncul," ujar Natalya Solovey, warga setempat, kepada ND News.
Sedihnya, kejadian ini sering terjadi. Warga setempat mengatakan bahwa mereka setiap tahun melihat salju hijau seperti ini.
IFL Science melaporkan, banyak protes bermunculan kepada pemerintah terhadap situasi ini. Pihak pemerintah dianggap lalai mengatur pengolahan limbah.
Sementara itu The Independent melaporkan bahwa kejadian ini akan merusak popularitas Presiden Rusia Vladimir Putin dan menambah daftar kasus lingkungan di Rusia.
ADVERTISEMENT