Spesies Baru Singa Raksasa Ditemukan di dalam Laci Museum

25 April 2019 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simbakubwa kutoaafrika, singa raksasa prasejarah yang hidup 22 juta tahun lalu di Afrika. Foto: Mauricio Anton/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Simbakubwa kutoaafrika, singa raksasa prasejarah yang hidup 22 juta tahun lalu di Afrika. Foto: Mauricio Anton/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Spesies baru singa raksasa prasejarah ditemukan di dalam laci sebuah museum di Kenya. Singa ini sempat hidup 22 juta tahun lalu di Afrika.
ADVERTISEMENT
Singa prasejarah dalam laci ini ditemukan sudah dalam wujud fosil. Fosil berupa bagian-bagian tengkorak, tulang rangka, dan rahang dengan deretan gigi ini ditemukan di dalam laci yang berisi spesimen-spesimen dari Zaman Es di National Museums of Kenya.
Adalah Nancy Stevens dan Matthew Broths yang menemukan fosil di dalam laci dan memberikan nama ilmiah untuk spesies baru singa raksasa ini. Stevens menemukan fosil ini pada 2010 dan kemudian memberi tahu Broths.
Fosil singa ini sebenarnya pertama kali ditemukan sekitar tahun 1980-an di Kenya barat oleh para peneliti Kenya yang sedang mencari fosil primata prasejarah. Namun sayangnya mereka tidak pernah meneliti fosil gigi singa ini lebih dalam.
Fosil ini kemudian dibiarkan begitu saja di dalam laci hingga akhirnya ditemukan kembali oleh Stevens dan Broths. Melihat bentuk fosil dan kehadiran gigi besar di fosil, keduanya menyadari bahwa ini adalah spesies dari singa prasejarah.
ADVERTISEMENT
Stevens dan Broths menyadari bahwa fosil di dalam laci ini bukan berasal dari Zaman Es. Selanjutnya mereka berdua berkolaborasi untuk meneliti fosil berusia 22 juta tahun itu. Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan di Journal of Vertebrate Paleontology pada 17 April lalu.
Dalam riset ini mereka mengungkap bahwa fosil ini berasal dari kelompok mamalia bernama hyaenodont. Para peneliti menamakan singa prasejarah ini Simbakubwa kutoaafrika. Itu adalah kata dari bahasa Swahili yang kalau diterjemahkan berarti "singa besar dari Afrika".
S. kutoaafrika punya ukuran besar, bahkan raksasa. Para peneliti menduga besarnya jauh melampaui mamalia karnivora terbesar di darat, yaitu beruang kutub. Selain itu, S. kutoaafrika juga punya gigi besar yang panjangnya sampai 20 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Ukuran tengkorak singa ini mirip dengan tengkorak badak. Dari situ tim peneliti menduga beratnya hampir mencapai satu ton.
Para peneliti meyakini bahwa S. kutoaafrika adalah predator puncak di Afrika. Mereka menambahkan bahwa meski S. kutoaafrika adalah bagian dari kelompok hyaenodont, singa ini tidak punya hubungan hiena modern.
"Dari giginya, kita bisa mengetahui bahwa Simbakubwa adalah hiperkarnivora, yang artinya makanannya lebih dari 70 persen adalah daging," kata Borths kepada Cnet.
"Tidak banyak terlihat bekas penggilingan di permukaan gigi Simbakubwa, jadi dia tidak bisa memproses makanan non daging dengan efisien," lanjutnya.
Hasil analisis Broths dan Stevens mengungkap bahwa spesies karnivora raksasa ini telah hidup di Afrika sekitar 30 juta tahun lalu. Karena perubahan ekosistem akibat pergerakan tektonik serta perubahan iklim, singa prasejarah raksasa ini akhirnya punah pada 10 juta tahun lalu.
ADVERTISEMENT