Startup Indonesia Ciptakan Inovasi atas Permasalahan Limbah Plastik

8 Desember 2017 14:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Start Up Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld, @ellojello)
zoom-in-whitePerbesar
Start Up Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld, @ellojello)
ADVERTISEMENT
Hingga kini plastik masih kerap digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari urusan sandang hingga pangan, plastik seakan berdampingan dengan kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Padahal sampah plastik yang digunakan setiap harinya tak sebanding dengan dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan sekitar.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh 100 toko di Indonesia dalam setahun saja mencapai 10,95 juta lembar, setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola.
Karena itulah, KLHK menyebut persoalan sampah plastik sudah sangat meresahkan.
David Christian (25), pemuda asal Indonesia ini gabungkan antara kreativitas dan edukasi sebagai jawaban atas masalah limbah plastik.
"Aku dulu sekolah di Kanada dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Baru pulang ke Indonesia tahun 2015. Waktu lihat kondisinya di Kanada dan di Indonesia, beda banget. Di sana (Kanada) bener-bener bersih dan udaranya segar. Sedangkan di Indonesia melihat banyak sampah dan polusi. Melihat perbedaan yang cukup signifikan itu, kepedulian terhadap lingkungan muncul," ujarnya kala dihubungi kumparan (kumparan.com), Rabu (6/12).
Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld)
zoom-in-whitePerbesar
Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld)
David menciptakan sebuah perusahaan startup bernama Evoware dengan produk unggulan kertas kemasan dan gelas yang bisa dimakan.
ADVERTISEMENT
Menurut David, selain menciptakan solusi, edukasi yang baik kepada masyarakat juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan sampah plastik yang kian meresahkan.
"Ada penelitian yang mengatakan tahun 2050 jumlah plastik akan lebih banyak ketimbang jumlah penduduk. Sekarang pun 25% ikan yang dijual di pasar udah terkontaminasi, lalu kembali ke kita. Kenapa penyakit kanker meningkat? Malnutrisi juga meningkat? Karena ternyata salah satu penyebabnya juga dari plastik. Kita harus edukasi masyarakat supaya mereka menyadari sampah sudah mengkontaminasi semuanya termasuk kehidupan dan kesehatan kita," paparnya.
Di Evoware, David membuat sebuah inovasi bernama Ello Jello, yakni gelas rumput laut yang bisa digunakan sebagai tempat sekaligus mengenyangkan karena dapat dimakan.
Ello Jello pertama kali dikenalkan kepada masyarakat pada April 2016. Kemudian, David menggandeng pelaku usaha lainnya, Bu Nori, yang memiliki visi dan misi serupa, yakni menyelamatkan lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Bu Nori dan timnya ini sudah mengembangkan kemasan makanan dari rumput laut. Kita memiliki visi misi yang sama, akhirnya kita gabung. Ello Jello ini aku yang bikin gelasnya sedangkan packagingnya Bu Nori yang bikin," tuturnya.
Evoware (Foto: Instagrm/@evowareworld)
zoom-in-whitePerbesar
Evoware (Foto: Instagrm/@evowareworld)
Kemasan kertas bikinannya ini, bisa larut dalam air dan dapat dimakan. Sehingga tidak akan menyisakan sampah plastik bekas pakai yang biasa kita pergunakan ketika membeli makanan.
Semua produk buatan Evoware dan Ello Jello ini telah memenuhi standard pengujian dan penelitian. Selain itu, produk ini juga dibuat tanpa bahan kimia sehingga aman bagi tubuh. Bahkan, kandungan nutrisi rumput laut di dalam produk ini juga akan memberikan kebaikan bagi tubuh.
David dan timnya, menggandeng petani rumput laut di Makasar sebagai mitranya. Selain karena Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia, namun kesejahteraan petani rumput laut jauh di bawah standart.
ADVERTISEMENT
"Kenapa kerja sama dengan petani rumput laut ? Karena mereka adalah yang termiskin di dunia, jadi kami memiliki dua misi yakni untuk menjaga lingkungan juga pemberdayaaan masyarakat yang kurang mampu," ungkapnya.
Hanya saja, karena gelas tersebut sejatinya terbuat dari bahan makanan maka hanya bisa bertahan selama tujuh hari di dalam lemari pendingin. Sedangkan kemasan kertas Evoware bisa bertahan lebih dari dua tahun lamanya.
Dalam pemasarannya, David mengaku menggunakan media sosial dan pameran untuk menjual produknya.
Kemasan makanan Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld)
zoom-in-whitePerbesar
Kemasan makanan Evoware (Foto: Instagram/@evowareworld)
Yang menjadi catatan, harga kemasan dan gelas rumput laut Evoware ini terbilang masih mahal apabila dibandingkan dengan harga plastik pada umumnya. Oleh karenanya, perlu upaya lebih banyak lagi dari bagi David dan timnya untuk menekan harga jual. Selain itu, kesulitan dalam branding juga dirasakan oleh David dan tim.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah produk baru yang masih belum diketahui banyak orang. Produksi kita juga skalanya masih kecil," kata David.
Hinga kini produk kemasannya telah dilirik oleh banyak perusahaan. David juga bekerja sama dengan beberapa restoran yang sudah menggunakan produk ciptaannya itu.
Ke depan, David berharap bisa menyelesaikan masalah lingkungan sekaligus memberdayakan masyakarat untuk sama-sama menjaga lingkungan dari kontaminasi limbah plastik.