Stres Bisa Bikin Mata Rusak

24 Juni 2018 19:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menutup mata membantu mengingat (Foto: economy.sg)
zoom-in-whitePerbesar
Menutup mata membantu mengingat (Foto: economy.sg)
ADVERTISEMENT
Stres tingkat tinggi bukan hanya membawa dampak buruk bagi kesehatan mental dan meningkatkan tekanan darah. Stres ternyata juga dapat membawa pengaruh buruk pada penglihatan.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang mengalami stres, hormon kortisol akan mengalami peningkatan dan menyebabkan kemampuan penglihatan menurun. Karena itu, menurunkan tingkat stres dapat membantu untuk menjaga agar penglihatan tetap sehat.
Ilustrasi kacamata (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kacamata (Foto: Pixabay)
"Terdapat bukti yang jelas bahwa gangguan psikosomatis berpengaruh terhadap gangguan penglihatan, dan stres adalah penyebab dari penyakit yang menyebabkan hilangnya gangguan penglihatan seperti glaukoma, optik neuropati, retinopati diabetik, dan degenerasi makula karena usia," kata Bernhard Sabel, Direktur Institut Psikologi Medis di Magdeburg University di Jerman, dilansir Newsweek.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sabel dan timnya, hormon kortisol yang juga disebut sebagai hormon stres dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan otak serta mengganggu peredaran darah ke bagian-bagian tubuh tersebut.
Mereka juga meyakini bahwa stres merupakan penyebab dari penyakit mata seperti glaukoma. Glaukoma ini dapat menyebabkan kerusakan saraf yang menyebabkan kebutaan.
stres (Foto: dok.thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
stres (Foto: dok.thinkstock)
Penelitian ini menunjukkan pentingnya bagi dokter mata untuk menyarankan pengurangan tingkat stres kepada pasiennya. Dr. Muneeb Faiq, koinvestigator studi ini juga mengungkapkan pentingnya bagi dokter mata untuk tidak menambah stres pada pasien saat memberitahukan diagnosis penyakitnya.
ADVERTISEMENT
“Perilaku dan kata-kata dari seorang dokter dapat memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap prognosis memburuknya penglihatan. Banyak pasien diberitahu bahwa prognosis mereka buruk dan mereka harus siap untuk menjadi buta suatu hari nanti,” kata Faiq.
"Bahkan meskipun kemungkinan mereka menjadi buta sangat jauh, rasa takut dan kecemasan menjadi beban bagi neurologis dan psikologis dan dapat memperburuk kondisi penyakitnya," katanya.