Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Studi: Robot Seks Tidak Ada Manfaat Kesehatannya
ADVERTISEMENT
Robot seks adalah salah satu fenomena unik zaman sekarang. Muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan juga akibat makin berkurangnya interaksi sosial antar manusia.
ADVERTISEMENT
Kata-kata pasangan yang sempurna seringkali digunakan dalam penjualan robot seks, dengan harapan bisa memberikan kesempatan bagi mereka yang kesepian untuk merasakan suatu hubungan sehat.
Bisakah robot seks sebagai 'pasangan yang sempurna' itu mampu memberikan hubungan sehat yang dimaksud? Menurut studi baru dari Inggris, jawabannya adalah tidak.
Dalam laporan di jurnal BMJ Sexual & Reproductive Health, dua orang dokter menjelaskan bahwa klaim para perusahaan pembuat robot seks yang mengatakan bahwa produk mereka adalah "pasangan yang sempurna" terbilang terlalu berani.
Dua dokter dalam riset ini: Chantal Cox-George, dokter di St. George's University Hospitals, dan Susan Bewley, ahli bidan di King's College London, melakukan pencarian di berbagai literatur medis mengenai aspek kesehatan dari robot seks, dan hasilnya nihil.
ADVERTISEMENT
Kedua dokter tersebut tidak berhasil menemukan manfaat kesehatan penggunaan robot seks dari sekian banyak jurnal medis yang mereka pelajari.
"Kami menyarankan robot seks sebaiknya tidak digunakan dalam praktik medis," ujar Cox-George, seperti dikutip dari Science Alert. "Kecuali robot seks itu digunakan sebagai bagian dari suatu riset etis." dilansir Science Alert , Kamis (7/6).
Menurut peneliti lainnya, Julie Carpenter dari California Polytechnic State University, kurangnya data empiris atas robot seks tidaklah mengherankan. Ia menjelaskan, hal ini terjadi akibat penyebaran robot seks yang masih terbilang baru.
Meski begitu, kondisi tersebut tidak membuat klaim atas manfaat kesehatan robot seks berhenti. Robot seks sendiri sering kali digunakan sebagai cara untuk mempromosikan seks aman atau sebagai terapi bagi mereka yang memiliki masalah dalam mendapatkan pasangan.
ADVERTISEMENT
Karena data dan bukti masih kurang, Cox-George dan Bewley mengambil kesimpulan bahwa sebaiknya para tenaga medis memberikan saran untuk menjauhi penggunaan robot seks.
"Ada suatu tanggung jawab sosial untuk melindungi masyarakat dari bahaya, kecuali ada temuan yang menunjukkan bahwa robot seks tidak berbahaya," pungkasnya.