Studi Terbaru Ungkap Hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan Kanker

22 Juni 2018 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alkohol.  (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alkohol. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Para peneliti baru saja menemukan bahwa mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunkan risiko seseorang terkena kanker.
ADVERTISEMENT
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Medicine pada 19 Juni 2018, para peneliti menjelaskan bahwa orang-orang yang mengonsumsi minuman alkohol di bawah tujuh gelas tiap minggunya memiliki risiko kanker dan kematian yang lebih rendah, dibandingkan dengan mereka yang minum lebih dari tujuh gelas per pekan.
Dilaporkan juga, tiap gelas tambahan alkohol yang diminum per minggunya akan meningkatkan risiko kanker dan kematian si peminum. Namun para peneliti juga menekankan bahwa studi ini hanya menemukan hubungan antara alkohol dengan kanker dan kematian, bukan menunjukkan adanya bukti atau efek dari konsumsi alkohol.
Ilustrasi minum alkohol. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minum alkohol. (Foto: Thinkstock)
Menurut pemimpin studi yang juga peneliti dari Queen University Belfast, Andrew Kunzmann, yang membuat studi ini berbeda dengan studi sebelumnya adalah studi lain biasanya melihat kanker dan kematian secara terpisah.
ADVERTISEMENT
"Hal ini memberikan suatu pesan yang sangat berbeda mengenai peran alkohol dalam kesehatan," ujar Kunzmann, dilansir Live Science.
Ia mengatakan, dalam studi lain ada bukti yang menunjukkan para peminum alkohol ringan hingga sedang memiliki risiko yang rendah mengalami kematian dini. Sementara mereka yang tidak pernah minum memiliki risiko terendah untuk terkena kanker.
"Apa yang studi kami lakukan adalah menggabungkan dua hal tersebut (hubungan antara alkohol dengan kesehatan) dan menemukan bahwa peminum alkohol ringan diasosiasikan dengan risiko serangan kanker dan juga kematian dini yang lebih rendah," katanya.
Alkohol  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Alkohol (Foto: Thinkstock)
Dalam studi ini, tim peneliti menganalisis data penggunaan alkohol dari 100 ribu orang di AS antara tahun 1998 hingga 2000. 100 ribu orang itu diminta untuk menjawab pertanyaan atas seberapa sering ia meminum alkohol tiap minggunya. Selain itu, para peneliti juga melihat pada data kapan pertama kali para peserta didiagnosis dengan kanker dan juga kematian yang terjadi setelahnya.
ADVERTISEMENT
"Hasil studi menunjukkan bahwa mengurangi asupan alkohol dapat membantu seseorang yang memang peminum untuk menurunkan risiko mereka terserang kanker, seperti kanker payudara, kolorektal, dan juga kanker hati," papar Kunzmann.
"Hasil ini juga menunjukkan bahwa minum dua gelas alkohol tiap malam yang katanya dapat meningkatkan kesehatan haruslah dihindari," tambahnya lagi.
Kunzmann menjelaskan, para peserta studi adalah orang berusia lanjut. Ia mengatakan bahwa kita tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi pada orang muda saat mereka minum. Selain itu, adanya faktor lain yang tidak diperhitungkan, seperti gaya hidup, bisa saja mempengaruhi hasil studi.
Ditemukan juga bahwa mereka yang tidak minum alkohol sama sekali juga tetap memiliki risiko mati akibat kanker, seperti kanker esofagus, kanker hati, dan kanker di bagian kepala atau leher.
Ilustrasi kanker. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pengurangan jumlah asupan alkohol
Para peneliti berharap studi ini bisa mendorong terjadinya pengurangan jumlah rekomendasi asupan alkohol di banyak negara.
Saat ini rekomendasi asupan alkohol di Inggris adalah enam gelas alkohol tiap minggunya. Sementara di AS, rekomendasinya adalah pria sebaiknya tidak mengkonsumsi lebih dari dua gelas setiap harinya dan perempuan tidak lebih dari satu gelas per hari.
Meski berharap adanya rekomendasi pengurangan asupan alkohol, tim peneliti mengatakan belum diketahui secara pasti apakah menjadi peminum ringan memberikan manfaat. "Kami tidak memberitahu orang-orang atas apa yang mereka bisa atau tidak bisa lakukan atau apakah mereka boleh atau tidak boleh minum alkohol," kata Kunzmann.
"Kami hanya mencoba memberikan mereka sebuah bukti agar mereka bisa mengambil suatu keputusan dengan informasi yang cukup," imbuhnya.
ADVERTISEMENT